Memiliki Kehilangan

NarayaAlina
Chapter #21

21 ~ We Love You, Pak Biru!

Tidak ada kata yang cocok untuk bahagia di atas bahagia.

Tidak ada kata yang pas untuk sedih di atas sedih.

Ketika sampai pada kenangan yang menyakitkan,

Ketika sampai pada derita tak berkesudahan,

Percayalah, semua akan sampai pada senyum tulus dan ikhlas.

(L.K)

🍁🍁🍁

Sesederhana bahagia adalah saat melihat orang lain bisa tersenyum. Tidak ada beban, duka, ataupun rahasia. Semua yang sudah sampai pada waktunya berakhir dengan tawa. Meski nyatanya lara lebih dulu menyapa.

Entah sudah berapa lama Sabiru Anggara mendapat ketenangan di SMAPSA. Bermula dari segala permasalahan yang dihadapi beberapa siswanya, hingga permasalahan terberat tentang Rajasa.

Akhirnya, Rajasa menundukkan kepala di hadapan guru-guru, meminta maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan yang dia perbuat. Anak itu mendatangi ruang guru dan bersalaman dengan seluruh dewan guru.

"Jangan nakal, sudah mau jadi seorang ayah. Belajar tanggung jawab dengan keluarga kecilmu." Biru memeluk Rajasa dan membisikkan nasehat sederhana untuknya.

"Terima kasih, Pak. Doakan saya semoga bisa menjaganya dan membuatnya bahagia. Ini sulit, tapi inilah buah dari kenakalan saya."

Biru tak lagi menanggapi, dia hanya menepuk pundak Rajasa dan menghadiahkan senyum untuk penyemangatnya. Kabar yang didengar, Rajasa sudah menikahi Arina, tetapi konsekuensinya, mereka harus menyelesaikan pendidikan melalui home schooling dan mengikuti ujian penyetaraan Paket C untuk mendapat ijazah setara SMA.

Di lain kesempatan, Biru menemani Nila menjalani proses terapi bicara dan terapi kognitif. Ucapan syukur selalu saja terucap dari bibir Biru ketika melihat perkembangan Nila.

Semua barang yang diambil sudah dikembalikan pada pemiliknya. Berbekal dukungan dari Biru dan Ardan, Nila menghadapi si pemilik barang dan meminta maaf. Setelahnya, Biru mengajarkan bagaimana dia harus berdamai dengan diri sendiri.

Dari kisah awal yang terjebak pada pilihan orang tuanya, lambat laun pekerjaannya sebagai guru BK rupanya membuat Biru jatuh cinta dan semakin memainkan perannya untuk membantu anak didiknya.

"Kamu mau sekolah dan kuliah?" tanya Biru begitu Andre duduk di sofa.

"Cita-cita ada, tapi biaya yang nggak ada. Bisa sampai lulus SMA saja sudah beruntung, Pak." Andre menjawab sambil menundukkan pandangannya.

"Pak Biru mengajukan kamu sebagai penerima beasiswa sampai lulus nanti. Syaratnya hanya satu, tingkatkan prestasimu sampai lulus. Fokus kamu sekarang adalah belajar karena urusan biaya sudah diatur sama pihak sekolah."

Andre terdiam dengan mata yang berkaca-kaca. Setetes bulir bening akhirnya jatuh membasahi pipinya. Bibirnya bergetar sembari merapalkan ucapan hamdalah. Tidak sampai di situ, Andre mendekat dan mencium tangan Biru.

"Terima kasih, Pak. Terima kasih. Dengan begini, uang Ayah bisa digunakan untuk biaya adik-adik saya. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah," ujar Andre penuh rasa syukur.

Anak lelaki yang mencuri perhatian karena kegigihan belajar dan pantang mengeluh meski kondisinya serba kekurangan itu meninggalkan ruang konseling dengan wajah berbinar.

Lihat selengkapnya