Beberapa hari sebelumnya...
Hectic. Telepon pada dua meja saling berdering. Empat calon klien datang ke kantor yang ukurannya dua petak ruko tingkat dua di daerah A Yani. Dua dari mereka dilayani oleh pegawai di sana dan dua lainnya harus bersabar menunggu sambil melihat pamflet paket honeymoon yang disediakan. Sang pemilik kantor, seorang wanita berambut pixy cut dengan gaya metropolitan, mengadakan privat meeting di ruangannya dengan klien eksklusif.
Kantor yang luas itu kekurangan pegawai saat ini. Beberapa pegawai sedang melakukan tugasnya sebagai honeymoon planner dan sebagian kecil berada di kantor. Jena tidak mau menambah pegawai untuk efisiensi.
“Sunset” honeymoon planner satu-satunya jasa perencana bulan madu yang berdiri sendiri tanpa embel-embel tour and travel. Jena, sang pemilik jasa, merasa positif jika ide absurdnya akan menggebrak dunia bisnis. Memang tidak dipungkiri jika idenya dengan mudah diterima oleh masyarakat metropolitan yang sebagian besar hidupnya hedon.
“Ne, nanti kirim e-mail ke mister Charles untuk reminder bulan madu. Kalau tidak salah beberapa hari lagi. Coba kamu cek di file komputer,” perintah Jena setelah mengadakan pertemuan dengan klien eksklusif.
“Baik Mbak.”
“Jangan lupa siapkan bonus untuk mister Charles.”
“Siap.”
Sepeninggal Jena, Kane melanjutkan pekerjaannya. Kedua pasangan di depannya mengangguk-angguk seperti mainan di dasbor mobil, tanda mereka mengerti penjelasan Kane. Beberapa pertanyaan terlontar dari mereka untuk hal yang belum mereka pahami. Kelihatannya pekerjaan Kane cukup mudah, hanya memberikan penjelasan dan menjawab pertanyaan calon klien. Namun itu pekerjaan customer service. Untuk kenyamanan para tamu, Kane membantu agar calon klien tidak lama menunggu.
Pekerjaan Kane yang sesungguhnya ialah terjun ke lapangan membuat perencanaan dan memastikan bulan madu kliennya berjalan lancar. Memang tidak serumit WO atau jasa catering, tapi tidak sedikit klien yang rewel meminta bulan madu mereka berjalan dengan sempurna. Ada yang meminta diskon, ada yang meminta bonus, dan keinginan ajaib klien lainnya sehingga membuat para penanggung jawab harus lari pontang-panting sesuai yang klien mau.
Memang pekerjaan yang melelahkan, tapi bayaran yang mereka dapat serta ceperan dari klien membuat mereka tersenyum lega. Pelayanan yang totalitas juga dibutuhkan, apalagi kantor mereka baru dua tahun ini berdiri dan memerlukan review bagus dari klien untuk kelangsungan jasa mereka tetap digunakan. Semakin lama semakin banyak yang mulai mengenal dan menggunakan jasa mereka, tidak hanya lokal tapi juga negara tetangga. Kemajuan yang fantastis.
“Terima kasih Mbak penjelasannya. Akan kami pertimbangkan lagi.” Kedua pasangan itu berdiri dan menyalami Kane yang tersenyum ramah.
Kane membetulkan posisi kursi yang terdorong kebelakang. Dia mengirim e-mail kepada klien eksklusif mereka sesuai perintah Jena. Dibukanya file pada komputer di folder klien khusus. Tangan kanannya memegang mouse dan matanya mencari folder bernama Charles. Sebuah folder yang berisi file perjanjian penggunaan jasa dengan nama Charles, dia buka dengan menekan tombol mouse dua kali.
“Empat hari lagi... Bali...Nusa dua.”
Kane mengernyitkan dahi lalu membenarkan kaca matanya yang melorot. Kriteria bulan madu yang diminta cukup unik. Bukan ke pantai atau makan malam romantis, melainkan pergi ke butik-butik yang ada di Bali dalam waktu dua hari, sedangkan dua harinya hanya diam di hotel saat tiba di Bali dan sebelum berangkat pulang. Klien juga meminta dibuatkan janji dengan manager di beberapa butik yang Kane tahu dua di antaranya adalah milik artis. Menurutnya hal itu seperti sebuah pekerjaan bukan bulan madu.
“Bertemu manager butik? Ngapain coba?”
Oke. Bukan urusannya, yang terpenting dia melakukan permintaan mereka. Gadis itu belum pernah berbicara langsung dengan sang klien. Kabarnya dia pengusaha di Singapura yang menikah dengan model asli Indonesia. Bagaimana wujud pria itu, jelas Kane tidak tahu. Satu hal yang dia tahu mengirim e-mail menggunakan bahasa Inggris dengan grammar yang benar.
“Kane, sudah kamu kirim e-mail ke mister Charles?” Kane terperanjat, Jena tiba-tiba sudah berada di sisinya.
“Eh, sudah Mbak.”
“Kalau begitu kamu yang atur bulan madunya.”
“Hah? Saya Mbak?”
Jena mengerjap. “Ya iya kamu. Mau siapa lagi?”
“Tapi di sini penanggung jawabnya ....” Kane membaca sebuah nama penanggung jawab pada file kemudian terdiam.
“Anisa,” kata Kane setengah berbisik. Dia ingat jika Anisa sedang cuti melahirkan selama satu bulan. Kane menoleh ke arah Jena yang masih menatapnya meminta jawaban.
“Iya, baik Mbak.”
“Bagus.”
“Eh tapi Mbak ... anu, permintaannya sedikit aneh. Dia meminta kita janjian dengan manager butik.”
“Ya lakukan saja. Ada masalah?”
Kane menggeleng cepat. “Nggak Mbak.”
“Good.” Jena berbalik dan berjalan dengan anggun ke ruangannya.
Hela nafas panjang terdengar dari mulut Kane. Sebenarnya dia tidak mengerti dengan permintaan klien, tapi dia tidak mau terlihat bodoh di depan Jena. Lalu alasan apa yang harus digunakan untuk membuat janji dengan manager butik? Kalau hanya untuk belanja, untuk apa membuat janji dengan mereka? Merepotkan. Hanya Anisa yang tahu maksud dari si klien karena saat itu dia yang menemui Charles.
Ada untung dan kurangnya menemani klien eksklusif. Keuntungannya, mereka biasanya akan memberikan ceperan yang tidak sedikit kepada penanggung jawab bulan madu mereka. Kalau kurangnya ... ya gitu deh, mereka selalu meminta fasilitas atau honeymoon yang berbeda. Para penanggung jawab harus putar otak agar klien mahal mereka terkesan, karena tentu saja mereka akan merekomendasikan kepuasan mereka kepada teman-teman bisnisnya.