Hari H.
Mata Kane melotot melihat layar komputer, bagaimana tidak, jika dia mendapatkan e-mail dadakan dari Charles. Bukan hal parah kok, hanya saja dia dan Marsia sudah terlanjur beli tiket penerbangan ke Bali pagi ini. Charles memintanya untuk menjemput Katlyn terlebih dahulu, karena dia terbang langsung dari Singapura dan Katlyn dari Surabaya.
“Luar biasa orang kaya satu ini. Kenapa nggak bilang dari kemarin sih!” Kane mendengkus kesal.
“Ne, uda siap?” Marsia baru datang dengan membawa sebuah tas pakaian yang berukuran sedang. Rencananya mereka berangkat bersama ke bandara menggunakan mobil kantor.
Kane hanya melirik ke arah Marsia dan menghembuskan nafas kasar. “Sepertinya kita ada sedikit hambatan.”
Marsia menaikkan satu alis dan duduk di kursi depan Kane. “Ada apa?”
“Ini si Charles minta kita jemput Katlyn.”
“Loh mereka nggak berangkat bersama?”
“Aku mikirnya gitu. Ini juga dadakan banget.”
“Coba telepon dulu Katlyn deh. Tahu nomornya kan?”
“Ada nih di data. Wait.” Kane menekan nomor ponsel yang tertera. Terdengar nada sambung berbunyi beberapa menit tetapi tidak diangkat. Kane mencoba lagi tapi tetap saja tidak berhasil. Lima kali dia menghubungi, lima kali pula panggilannya diabaikan.
“Nggak bisa Mar. Gimana kalau kamu dulu yang berangkat, tolong cek kamar hotelnya dulu saja dan jemput mister Charles pakai mobil yang nanti jemput kamu di bandara. Aku nanti bareng Katlyn.”
“Yah, sayang tiketnya dong, Ne.”