“Selamat pagi, saya Kane yang beberapa hari lalu meminta bertemu dengan manager atas permintaan nyonya Katlyn. Namun, maaf saat ini nyonya Katlyn tidak bisa datang karena sedang berselingkuh, sehingga terpaksa pertemuan digantikan oleh suaminya. Mohon maklum adanya.” Kalimat-kalimat itu rasanya ingin Kane lontarkan kepada sepuluh manager butik bahwa tidak semua nama dapat mereka percaya begitu saja.
Andai saja lima dari sepuluh butik itu menolak mengadakan pertemuan, mungkin pikirannya tidak serumit sekarang. Permohonan maaf kepada lima butik tidak terlalu memalukan daripada sepuluh. Kane tidak memungkiri jika nama mempunyai kekuatan. Namun, jika begini, siapa yang akan disalahkan? Tentu saja dirinya. Ini sungguh tidak profesional! Mana bisa janji bertemu tiba-tiba dibatalkan gara-gara urusan pribadi. Bukan hal mendesak lagi. Kane heran, bagaimana model seperti Katlyn yang tidak menjunjung tinggi keprofesionalan bisa terkenal?
Kane mendengkus kasar. Rasanya ingin mencabik-cabik Katlyn yang membuat pekerjaannya terhambat. Mungkin Katlyn kurang bersyukur. Bagaimana tidak, jika dia mempunyai suami yang tampan, ramah dan kaya, tetapi masih saja mencari pria lain. Katlyn benar-benar menghina dirinya yang jomlo sejak taman kanak-kanak hingga kini.
“Kane!” Panggilan Marsia menyentak lamunan Kane sepanjang perjalanan. “Ayo keluar.”
"Hah?" Kepalanya menoleh ke kiri dan kanan. Mobil telah berhenti di depan sebuah bangunan yang memajang berbagai macam pakaian. Artinya dia sudah berada di depan butik dan dia harus siap dengan segala kejadian.
Oh astaga! Kenapa sudah sampai?
Kane sedikit memijat pelipisnya yang pening dengan pikiran-pikiran yang membuatnya takut. Hidungnya menghirup oksigen dan menghembuskannya dengan pelan untuk menenangkan pikiran. Namun, aroma citrus yang tergantung pada spion tengah mobil tidak membuatnya semakin baik.
Tangannya membuka pintu. Dia keluar dengan perasaan campur aduk. Perutnya terasa melilit. Dahinya berkeringat. Tubuhnya mendadak lemas. Dia sudah seperti terkena panic attack.