Vas kaca bunga lily di depannya sedikit memantulkan sosok dirinya yang terpaku dengan pandangan kosong. Ditangannya mendarat dengan mulus sebuah buket bunga mawar segar dengan ukuran yang bisa menyembunyikan wajah hingga lehernya, sedangkan di depannya duduk sosok pria dengan pakaian kemeja putih dibalut blazer abu-abu muda dan kedua lengan bajunya ditekuk hingga seperempat lengan. Rambut yang disisir rapi dengan belah pinggir kanan. Tidak lupa senyuman yang mampu mengikis batu karang anti jatuh cinta dalam hati Kane.
Bola mata Kane melirik ke kanan dan kiri dengan tidak tenang, berharap menemukan jawaban apa yang terjadi dengannya. Senyuman pria di depannya hampir membuat dirinya tidak sadarkan diri. Oke, dia berusaha untuk kilas balik beberapa jam sebelum berada di tempat ini.
Setelah dia mengantar Charles dari pekerjaan kunjungan butik satu ke butik lainnya dan harus merelakan punggung serta pantatnya pegal karena menghabiskan waktu di perjalanan, dia langsung pulang ke hotel. Lebih tepatnya pulang dengan menggunakan taksi online bersama Marsia, sedangkan Charles diantar oleh mobil sewa.
Petang ini, Marsia harus kembali ke Surabaya karena adiknya mengabarkan jika ibunya masuk rumah sakit. Rencananya, setelah mandi dia akan merebahkan diri jika tidak teringat dengan suatu hal penting yang harus dia lakukan. Pembatalan makan malam romantis dan merubahnya menjadi makan malam biasa untuk Charles.
Hanya dengan memakai baju seadanya dan rambut dikuncir kuda seperti biasanya, Kane melesat setelah taksi online yang dia pesan datang. Bahkan Marsia yang memaksanya untuk merias wajahnya dan berbagai macam alasan harus ber-make up, tidak dia gubris.
Setibanya taksi di depan hotel tempat menginap Charles, Kane melompat turun dari taksi dan berjalan cepat menuju restoran Cucina. Seluruh meja restoran masih kosong, mungkin lebih tepatnya belum buka. Hanya ada satu atau dua pegawai yang sibuk menata berbagai macam makanan di atas meja bar dapur terbuka. Mulutnya mensesah lega, setidaknya dia belum terlambat.
Kepalanya menoleh ke sana kemari mencari pegawai hotel yang tidak terlalu sibuk. Seorang pria berada di teras restoran sedang menata meja, terlihat lebih santai dari pada dua pegawai lainnya. Kane menghampirinya dengan langkah cepat, di saat itu dia menyadari sesuatu.
Gadis itu melongo. Dia tidak menyangka meja yang akan digunakan mister Charles telah tertata apik nan romantis dengan sebuah vas bunga lily, lilin kecil, perlatan makan untuk dua orang serta papan nama Charles dan Katlyn di atas meja. Lengkap sudah, hanya tinggal menambah penghuni dua kursi itu, jadilah momen yang membuat para penonton meleleh.
Aku harus apa?
Roda gerigi dalam kepalanya dia paksakan untuk memikirkan sebuah solusi cerdas. Dia harus merubah sesuatu agar makan malam itu terlihat tidak mengenaskan di mata pengunjung lainnya. Makan malam romantis tanpa pasangan? Sungguh ironi. Ide-ide mulai bermunculan seperti kelinci keluar dari liangnya.