Honeymoon Project

Andita Rizkyna N
Chapter #12

SEBELAS

Kane menatap dirinya di cermin sudah sekitar dari setengah jam yang lalu. Dia memecahkan rekor bercermin terlamanya. Rambutnya berkali-kali dia sisir, kemudian dikuncir, kemudian dia biarkan terurai dan kuncir lagi, begitu terus sampai dia memutuskan untuk menggerai rambutnya. Dia juga mengomel tidak membawa jepit rambut untuk mempermanis rambutnya. Sebenarnya dia tidak punya aksesoris rambut, kalau butuh saja dia bisa pinjam ke Meri.

Dia mengobrak-abrik tas jinjingnya berharap ada lagi alat make up selain bedak dan lipstik, nyatanya tidak ada selain dua benda itu ditambah dengan sisir hitamnya. Mau atau tidak dia harus puas dengan make up seadanya.

Badannya menghadap ke kiri dan kanan untuk melihat apakah bajunya telah pantas. Kemeja lengan pendek dan kardigan putih yang menutupi tubuhnya yang ramping serta celana jins. Hanya itu satu-satunya yang pantas dia kenakan untuk berhadapan dengan Charles hari ini. Selain setelan kerja kuno yang dia bawa. 

Kane tersenyum melihat penampilannya di cermin. Hari ini dia merasa tidak waras. Membutuhkan setengah jam hanya untuk berdandan. Bukan seperti dirinya. Ada sesuatu yang merasuk dalam tubuhnya sehingga ingin terlihat berbeda dan lebih cantik.

Disampirkannya sling bag berwarna cokelat muda di bahunya. Dengan langkah lebar dan ringan bagai hendak melayang, dia masuk ke taksi online yang baru saja datang. Jantungnya berdebar, tidak sabar bertemu kembali dengan pria menawan itu.

***

Gratak ... gratak ... gratak ....

Roda koper menggelinding sepanjang lantai bandara yang tak pernah berhenti bersentuhan dengan kaki-kaki para pengunjung. Sang empunya berjalan santai menuju ruang tunggu menunggu satu jam keberangkatannya. Dia duduk di pojok dari deretan kursi panjang yang hanya terisi satu orang. Dambilnya note book dari dalam tas ransel hitamnya dan memposisikan senyaman mungkin melakukan pekerjaannya.

Ponselnya bergetar keras dalam saku jaketnya. Dirogohnya si smart phone dengan ikon salah satu buah yang lagi ramai di pasaran. “Katlyn” sebuah nama yang sempat menggores hatinya beberapa hari yang lalu. Pikirannya teringat setelah sehari dia menginjakkan kaki di Bali, dua wanita sedang berdebat di lobi saat dia kembali dari jogging. Kalau saja mereka melirihkan suara, mungkin tidak akan ada yang kepo dengan perdebatan mereka. Hanya saja mereka mengatakannya dengan sedikit lantang membuat dirinya yang kebetulan lewat tertarik untuk mendengarnya. Cukup tiga kata yang membuatnya tertarik dengan percakapan itu. Katlyn, selingkuh dan nama dirinya-Charles.

Sebenarnya tidak ada rasa amarah sekalipun jika mendengar istrinya berselingkuh. Toh, pernikahan mereka juga berdasarkan saling menguntungkan. Hanya saja dia tidak bisa jika hubungan mereka menjadi tidak jelas. Mungkin jelas secara negara dan agama, tetapi tidak bagi hubungan mereka. Jempolnya menggeser layar untuk menerima panggilan.

Hallo, Dear.” Suaranya dalam dan mencekam. Setelahnya, terdengar celotehan suara wanita dari seberang telepon. Charles hanya menatap kosong bangku di depannya. Telinganya mendengar berbagai alasan dan permintaan maaf dari suara mendayu dan manja dari seberang telepon. Pria itu tersenyum sinis, entah kepada siapa karena jelas sang lawan bicara tidak akan tahu ekspresi geram Charles.

It’s Okay. Aku tahu kamu sibuk. Tidak. Aku tidak ke Surabaya. Aku mungkin akan langsung pulang ke Singapura.” Terdengar nada kecewa dari wanita itu. Namun, Charles tidak mempedulikannya.

Okay, sweety see you next time.” Charles menutup ponsel tanpa menunggu jawaban dari istrinya. Matanya melirik jam di ponselnya. Kurang beberapa menit lagi dia akan terbang menuju Surabaya.

Lihat selengkapnya