Honeymoon Project

Andita Rizkyna N
Chapter #13

DUA BELAS

Dear Kane.

Aku sudah mengetahui jika istriku berselingkuh sejak aku mendengar percakapan dua wanita di lobi hotel. Awalnya aku ingin marah. Tapi melihat dua wajah yang ketakutan, aku mengurungkan niatan itu. Apalagi kau dengan setulus hati menuntaskan pekerjaanmu. Aku hargai itu walaupun kau berbohong. Namun, setidaknya kita impas, karena saat itu aku juga berpura-pura tidak tahu. Aku yakin, saat itu kau pasti kalang kabut mengatur sesuatu yang tidak berjalan dengan semestinya. Oleh karenanya, sudahi saja rencana bulan maduku yang berjalan tidak sempurna. Aku sudah menghubungi lima butik yang tersisa. Kau tidak perlu khawatir. Sampai jumpa lagi.

Salam hangat

Charles Wiratomo.

Kane tertegun membaca surat yang dititipkan pada resepsionis. Ada perasaan yang bertolak belakang antara hatinya dan logikanya. Rasa kecewa seketika merayap dalam pikirannya.

Di dalam amplop bersamaan dengan surat untuknya, terselip beberapa lembar dolar Singapura. Tidak digubrisnya berapa lembar yang ada dalam amplop itu. Dia tidak menginginkan uang itu lagi. Uang itu akan dia berikan kepada Marsia. Sekarang yang dia pikirkan adalah hatinya. Baru saja tersusun menjadi sebuah nama, tapi dengan cepat roboh begitu saja. Dilipatnya kembali surat itu dan memasukkanya ke tas.

Kane mengurus tagihan pihak hotel yang akan diajukan ke kantor. Dia tidak peduli lagi dengan pekerjaannya yang gagal. Baru kali ini gadis itu merasakan kegagalan pekerjaan dan sekaligus kegagalan melabuhkan perasaannya kepada seorang pria. Kesalahan sedari awal menyukai pria yang telah beristri, harusnya dia telah menyadari itu. Namun, setiap orang tidak akan tahu, di mana mereka akan meletakkan hatinya.

Gagal dalam dua hal sekaligus membuat Kane merasa hampa. Dia merasakan hidupnya akan berakhir dalam sekejap. Kembali ke hotel tempatnya menginap adalah hal pertama kali yang terlintas dalam benaknya. Dia tidak mempunyai rencana selanjutnya. Namun yang pasti, dia akan pulang ke surabaya saat ini juga. Tidak lagi peduli dengan pertanyaan ibunya atau bosnya mengenai kepulangannya lebih cepat dari pada jadwal.

Jadwal keberangkatannya pukul dua belas siang. Kane tidak ingin berlama-lama di hotel. Perasaan akan kesepian membuatnya takut sensiri. Taksi online yang dipesanya baru saja datang. Sekali lagi dia memeriksa kamar. Setelah memastikan tidak ada satu pun yang terlewat, Kane masuk ke mobil dan meluncur ke bandara.

Kane menunggu di bandara selama empat jam. Entah apa yang akan dia perbuat selama di bandara, yang jelas pandangannya kosong ke arah lantai ruang tunggu. Dering telepon mengusik lamunannya. Nama Marsia terpampang pada layar ponsel.

“Halo, Mar.”

Gimana kerjaannya? Ada hambatan nggak? Mister Charles tanya lagi tentang istrinya?”

Kane mendesah panjang mendengar nama itu disebut. “Aman.”

“Syukurlah. Kamu masih nemenin mister Charles ya?”

Lihat selengkapnya