Honeymoon Project

Andita Rizkyna N
Chapter #16

LIMA BELAS

Awkward. Kaku. Kikuk. Tidak nyaman. Deretan kata yang dapat menggambarkan keadaan saat ini. Atmosfir di sekitar mereka terlihat aneh. Dua orang yang saling tahu tapi tidak saling mengenal. Tiba-tiba saja mereka harus bersama. Rasanya lebih sulit dipercaya daripada kawin paksa.

Sudah seminggu sejak perkenalan itu terjadi. Orang tua mereka melihat kedua anaknya saling mengenal, tampak terlihat lebih bahagia. Katanya sudah tidak perlu terlalu lama berkenalan. Bisa cepat melaksanakan lamaran, kemudian pernikahan. Nyatanya, tidak semudah itu bagi mereka.

Hubungan pertemanan yang dipaksakan menjadi hubungan sepasang kekasih, lebih buruk dari kelihatannya. Tidak ada getaran seperti yang dia rasakan seperti saat bersama Charles. Detik jam pun bergerak dengan enggan.

Setahu Kane, perputaran waktu yang terasa lambat menandakan adanya kebosanan dalam menjalani hari. Seperti pelajaran matematika menjelang makan siang. Sekalipun Kane tidak pernah berpacaran atau pernah melakukan pendekatan dengan pria, dia yakin kalau hubungan ini terasa aneh.

Kane duduk dengan rikuh. Kesepuluh jarinya saling terkait, bergerak gelisah. Arkesh memandang keluar jendela kafe, kaki kanannya bergerak naik-turun dengan cepat. Tanda dia sedang berpikir cara memecahkan kekakuan di antara mereka.

“Mau minum apa, Ne?”

Kane mendongak. Matanya melirik ke arah meja bar. “Strawberry milkshake.” Senyumnya berusaha dia kembangkan. Entah untuk apa.

Arkesh beranjak dari tempat duduk untuk memesan dua minuman, berharap dua gelas milkshake dapat mencairkan kekakuan di antara mereka.

Arkesh kembali duduk dihadapan Kane yang sibuk melihat kedua tangannya saling bertaut di atas meja. “A ... ehm ... A-aku tidak tahu kalau wanita itu adalah kamu.”

Kane menatap Arkesh. “Aku juga,” jawabnya lirih.

“Maaf kalau perjodohan ini tidak membuatmu nyaman.”

Kane menggeleng cepat. “Tidak. Tidak masalah. Aku hanya, kaget.”

Arkesh setuju. Matanya berkeliling. "Apa yang kamu rencanakan untuk hubungan ini?”

Kane melirik keluar jendela. Pertanyaan yang sulit dijawab. Dia menyanggupi perjodohan ini hanya untuk melupakan pria beristri yang selalu mengobrak-abrik pikirannya. Hidup normal seperti awal, itu yang dia inginkan. Meskipun tidak akan benar-benar menjadi 'normal'. Namun jika begini, bukan normal lagi namanya, tapi mempersulit keadaan.

Mereka memulainya dengan canggung. Percakapan kaku. Bahasa tubuh kaku. Semuanya kaku. Bahkan lebih luwes saat mereka bertemu secara tidak sengaja. Kane merasa seperti ada yang tidak benar.

Apakah ini akan berjalan lancar?

"Kane?"

“Ah! Iya?” Bola mata Kane kembali terfokus pada pria manis di depannya. Dulu, senyum dan sikap ramah pria itu mampu meluluhkan semua mahasiswi jurusannya. Lalu ... apakah berlaku juga untuknya?

“Minumanmu.” Arkesh menyodorkan minuman Kane yang sudah lima menit disajikan tanpa Kane sadari. “Pertanyaanku belum kamu jawab.”

“Ah, mungkin perkenalan dulu. Kita di kampus tidak terlalu dekat bukan? Atau mungkin ada yang berbeda dengan kita setelah bekerja.”

Arkesh mengangguk setuju. Ada hening di antara mereka. Tiba-tiba Arkesh menyodorkan tangannya. “Kenalkan namaku Arkesh Irawan. Biasa dipanggil Arkesh.”

Lihat selengkapnya