Satu minggu kemudian ...
Kane menyelinap dengan koper kecilnya di antara orang-orang yang lalu lalang. Dia dan Bapak Herdianto sepakat untuk bertemu di bandara agar lebih hemat waktu. Matanya memilah-milah mencari kliennya di antara ramainya penumpang pesawat.
Sebuah tangan melambai ke arahnya. Langkah lincah Kane mendekati kliennya yang sudah siap untuk pergi bersamanya
“Mari Pak, saya bantu bawa kopernya.”
“Nggak perlu. Kami masih bisa bawa sendiri. Ini ringan.”
Langkah kaki mereka beriringan menuju ruang tunggu dengan melewati serangkaian prosedur bandara. Penerbangan mereka masih ada setengah jam lagi. Kane memandang sekeliling. Ingatannya menuju beberapa minggu yang lalu saat di bandara. Keberangkatan dan kepulangannya membawa masalah masing-masing.
Namun kali ini berbeda. Ada rasa ringan dalam dirinya. Semua masalahnya telah beres. Orang tua Arkesh sudah meminta maaf kepadanya, meski Arkesh belum muncul kehadapannya. Seakan Arkesh menghilang ditelan lautan.
Rasanya jauh lebih lega jika perjodohan ini dibatalkan. Banyak buruknya daripada kebaikannya. Meskipun Ibu Kane masih mengurung diri dengan rasa bersalahnya, setidaknya hubungan Kane dan ibunya sudah lebih baik.
Suara peringatan untuk penumpang penerbangan ke Singapura telah diumumkan. Pintu pemeriksaan karcis dan paspor juga telah dibuka. Para penumpang segera mengantri. Kane tidak sabar untuk memulai petualangannya lagi bersama kliennya. Dia berdoa semoga kali ini berjalan lancar.
***
Kane dan kliennya sampai Changi Airport pukul sebelas siang. Langit mendung terlihat jelas saat mereka menunggu sky train yang akan mengantar mereka ke terminal dua untuk menaiki MRT.
Kane bersandar pada dinding kaca, melihat rel kereta yang berbaur dengan pepohonan yang menjulang. Singapura. Negara yang mengingatkan lagi tentang pria itu. Pria yang sempat menjungkirbalikkan hidupnya hingga dia mengambil keputusannya yang salah.
Kepala sky train mulai terlihat dan berhenti dengan mulus. Slide door kereta terbuka lebar disusul dengan slide door kaca tempat penumpang menunggu. Bersamaan dengan penumpang lainnya, Kane masuk kereta.
Sky train meluncur tidak terasa. Pemandangan di luar bagai gambar yang diputar oleh animasi proyektor. Cepat hingga seperti bergerak. Rintik hujan mulai berjatuhan, ditambah dengan pendingin kereta yang membuat bulu kuduk Kane meremang.
Kereta berhenti di terminal dua. Bapak Herdianto bersama istrinya mendahului Kane turun dari sky train. Kane menghirup udara Singapura yang segar sehabis rintik hujan yang mengguyur. Dia mengantri membeli STP card untuk tiga orang. STP card akan mereka gunakan untuk menaiki MRT dari stasiun ke satsiun lainnya.
Kane melihat peta MRT yang akan mengantar mereka ke Orchid Road, tempat menginap klien mereka.
“Mbak Kane, nggak perlu lihat peta. Saya sudah hafal,” ucap Pak Herdianto.