Charles tidak menyangka jika akan bertemu gadis itu lagi kemarin. Gadis yang membuatnya tersenyum karena kepolosannya. Bahkan kemarin hampir membuatnya terpingkal. Dia sendiri heran, bagaimana bisa perempuan sebesar dirinya tersesat, parahnya saat sedang mengantar kliennya berbulan madu.
Gadis itu memang tiga ratus enam puluh derajat berbeda dengan mantan istrinya. Tidak ada yang menarik dari diri gadis itu. Tapi di depan Kane, dirinya tidak perlu berpura-pura. Dia memang seorang pemimpin perusahaan, tapi bukan berarti gaya hedon adalah gayanya.
Dia masih tetap Chaeles yang dulu. Charles yang sederhana. Charles penyuka buku. Chaeles yang mencintai dunianya. Charles yang jauh dari penampilan parlente.
Sejak menjadi direktur utama perusahaan ayahnya, dia merubah dirinya menjadi sosok yang sama sekali tidak dia kenal. Pelajaran dari ayahnya, agar disegani oleh bawahan dan rekan kerja ialah naikkan standar hidupmu. Tidak heran jika dia terjebak pernikahan dengan seorang model. Berbeda dengan ibunya yang mempunyai perangai rendah hati. Mungkin sembilan puluh persen Charles menurun dari sang Ibu.
Charles menerima pesan dari ponselnya. Seorang rekan kerja sekaligus teman mengajaknya bertemu di hotel untuk membicarakan pekerjaan. Pria itu mengambil kunci mobil dan bergegas berangkat ke temoat tujuan. Orchid Road.
Mereka akan bertemu di food court yang terletak di basemant Lucky Plaza. Charles memilih pertemuan di sini karena dekat dengan apartemen tempat tingal temannya. Selain itu, santai adalah gayanya. Berdiskusi dengan makan dan minum di tempat keramaian bisa memberinya banyak ide.
Charles berjalan berkeliling mencari tempat duduk yang nyaman. Di dekat penjual makanan khas Indonesia, duduk seoeang gadis yang mencuri perhatiannya. Dia mendekati dan duduk di depan gadis itu. Mengamatinya makan dengan lahap. Sudah beberapa menit, gadis itu tidak menyadari kehadirannya.
"Hai." Dia memutuskan untuk menyapa Kane.
Kane mendongak dan mengerjapkan mata. Wajah kagetnya benar-benar terlihat lucu di mata Charles.
"Oh, hai."
"Suka dengan masakannya?"
Kane mengangguk tersipu. Dia mungkin tadi terlihat seperti orang kelaparan. Tidak teelihat anggun di depan pria ini.
"Mana klienmu?"
"Sedang berjalan-jalan."
"Kenapa kamu nggak nemanin mereka?"
Kane tertawa. "Mereka lebih kenal Singapura seperti sepupu sendiri."
Charles tergelak. "Perumpamaan macam apa itu?"
"Tapi beneran. Mereka dulu TKW di sini. Sekitar tiga tahun mungkin dan sekarang anniversary pernikahan perak mereka. Katanya mau mengenang yang dulu-dulu. Hebatkan mereka?"
"Hebatnya di mana?"
"Hebatnya, sampai usia sekarang mereka masih terlihat romantis. Aku jadi iri."
"Kenapa iri? Memangnya kamu belum punya pasangan?"
"Hampir. Tapi kabur."
"Kabur?"
"Iya, selingkuh sama mantan ...." mendadak Kane terdiam. Dia keceplosan. Pembahasan yang sudah jelas tabu untuk diungkit kembali. "Ah maaf. Oh ya, mister Charles kok ada di sini."