Memorable Classroom

Nur Annisa
Chapter #16

15. Yang Terpilih

Meski hanya Mika yang diberitahu Bina perihal hubungannya dengan Rendra, tetap saja mereka tak bisa merahasiakan hal itu lebih lama lagi. Terlebih, Bina yang cantik dan Rendra yang supel itu cukup terkenal di sekolah. Memang tak perlu waktu lama, tiga hari kemudian berita bahwa mereka telah resmi menjadi sepasang kekasih menyebar begitu saja ke seluruh Al-Ar. 

Bahkan konon kabarnya isu ini sudah sampai ke telinga Pak Ilham, pengasuh asrama putri. Meski Bina sempat cemas, Rendra rupanya bisa mengatasi masalah itu dengan baik. Buktinya saja, mereka tak ditindak lebih lanjut. Katanya, Rendra cukup dengan para guru, juga Pak Ilham yang masih muda itu cukup punya sikap yang bersahabat dengan para muridnya.

Hari ini, Bina dan Mika terlambat lagi, sebab tadi malam gadis itu begadang, mengobrol ria dengan Rendra lewat via telepon. Membuat Mika yang tempat tidurnya tepat berada di samping gadis itu jadi tak bisa tertidur. Anehnya, hari ini juga adalah jadwal mengajar Pak Mahbub. Mika sendiri juga heran kenapa dia dan Bina selalu terlambat di pelajaran hadis itu.

"Kalian lagi, kalian lagi," ucap Pak Mahbub seperti biasa.

Mika meringis dengan senyum dipaksakan. "Maaf Pak, gak dengar bunyi lonceng nya."

"Dateng ke kelas itu sebelum jam tujuh dong."

"Iya pak maaf."

Pak Mahbub lantas memberikan kode pada Bina dan Mika untuk segera duduk. Sedang ia sendiri mulai bangkit, memandang ke arah jendel kaca. Para pelajar mengikuti arah pandangan guru mereka itu dan mendapati mendung yang tiba-tiba hadir di langit sana. Sekilas, Pak Mahbub tersenyum. Meski samar, sempat terlihat oleh Mika bahwa guru hadis itu melirik ke arah barisan tempat duduk para laki-laki.

"Ada yang suasana hatinya lagi buruk nih, sampai mempengaruhi langit," katanya menggumam.

Mika tersentak, ia kembali menelisik arah pandangan Pak Mahbub, memastikan siapa kiranya yang ia maksud barusan. Menurut kabar yang disebarkan para burung, katanya Pak Mahbub itu punya keahlian menebak perasaan seseorang. Hal itu terbukti oleh perkataan beliau yang kerap terdengar asal dan sok tahu tapi tak lama kemudian terbukti memang benar adanya.

Jadi ketika hari ini Pak Mahbub memberikan analisa, Mika jadi penasaran. Gadis itu menggigit bibir bawahnya, menahan sorakan yang hampir ia lontarkan ketika mendapati Tama yang sekarang menampilkan ekspresi tak biasa.

"Si Tama putus sama Kak Nila?" tanya gadis itu pada Rasya yang hanya mengendikkan bahu karena sama-sama tak tahu.

"Tanya aja sama Zatin."

"Enggak ah, aku kesannya nanti kayak kepo banget gitu."

Rasya tertawa, sebelum akhirnya gadis itu menutupi mulutnya sendiri karena tersadar bahwa Pak Mahbub masih mengajar di depan kelas. "Ya emang kamu kepo, kan?"

Mika mendelik. Matanya beralih menuju papan tulis sebelum akhirnya jadi fokus menyalin hadis baru yang dituliskan Pak Mahbub untuk dihafal dan disetorkan lagi Minggu depan.

"Oh ya, katanya kita bakal Adain pemilihan OSIS beberapa Minggu lagi," kata Pak Mahbub menginformasikan. "Udah ada yang mau nyalon?"

"Hakim aja pak," teriak Aldo yang entah kenapa selalu jadi tim suksesnya Hakim.

"Hakim kan udah jadi ketua kelas, kasih kesempatan buat yang lain dong."

"Siapa ya?" Aldo mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas hingga berhenti di Wira.

Pemuda itu sontak saja menggeleng. "Kalau aku sih males, pasti nanti sibuk banget."

"Tapi kan keren."

"Zatin aja tuh, dia kan suka ikut organisasi gitu."

Lihat selengkapnya