Memorable Classroom

Nur Annisa
Chapter #24

23. Hari Ulangan

Sebuah benda berwarna merah dengan tutup putihnya yang sudah hilang entah ke mana mendadak jadi bisa terbang hari ini. Kian kemari, berganti dari satu tangan ke tangan lainnya. Melanglang buana, seakan ia adalah primadona, dan akan tetap begitu hingga sepekan ke depan. Ia akan tetap melaksanakan tugasnya, sebagaimana orang menyebut namanya dengan corection pen, atau nama bekennya, tipe-ex.

Benda langka yang tinggal satu-satunya di kelas itu adalah milik Rulla, yang kini menjelma jadi milik bersama. Sudah beberapa menit berlalu sejak mereka masuk dalam ruangan kelas yang sekarang berganti suasana jadi cukup hening dan lebih renggang karena tempat duduk mereka dipisah, menjadi satu meja satu orang disebabkan adanya ulangan tengah semester.

Pada saat menjawab soal ulangan seperti ini, keberadaan tipe-ex terasa jadi sangat penting. Semua jawaban selalu terlihat salah, kurang meyakinkan, dan tidak tepat. Tapi tetap saja tak ada yang bersedia membelinya, hanya memanfaatkan kebaikan hati Rulla yang dengan sangat dermawannya rela berbagi.

Sedangkan Mika yang kini duduk di barisan belakang tampak sangat serius mengisi lembar jawaban yang ada di depannya. Tak mempedulikan bisikan-bisikan minta tolong yang seolah diperdengarkan dari dalam kubur, padahal nyatanya itu hanya suara Aldo yang berulang kali meminta jawaban.

Mikayla Flanesha yang mendapat peringkat satu tahun lalu itu mendadak tuli dan bisu ketika ulangan. Seperti apapun orang memanggilnya, ia tak akan menengok. Namun, apabila sudah terlanjur melakukan kontak mata dengan orang lain, maka lain lagi cara menghadapinya.

"Mika, nomor tujuh apa?"tanya Nia yang ada disebelahnya.

Gadis itu mengerjap sebentar, diliriknya lembar jawaban miliknya sendiri yang sudah terjawab sampai dua puluh soal dan sepuluh soal di nomor lainnya secara acak. Dengan begitu alami ia menutupi kertas itu dan menggaruk kepalanya, mencoba berakting.

"Aku juga belum," katanya berbohong, sebelum akhirnya melanjutkan dalam hati "belum selesai, kalau nomor tujuh sih udah."

Iya, gadis dengan wajah baby face yang terlihat polos itu memang demikian liciknya. Meski hal itu hanya diterapkannya saat ulangan. Bagi Mika, masa evaluasi seperti ini adalah kompetisi seru di mana ia harus bersaing bahkan dengan teman sendiri, tak pandang bulu.

Peringkat satu adalah tujuan hidupnya, tak apa jika direbut orang lain tapi ingat saja bahwa Mika tak akan berlama-lama membiarkan itu terjadi, ia akan segera membalas semester depan.

Seperti yang pernah terjadi antara dirinya dengan Wira saat kelas sepuluh, di mana pemuda itu mendapat peringkat satu di semester pertama, sedang Mika harus rela hanya berada di nomor dua. Membuat gadis itu menjadikan Wira sebagai sesosok pesaing, tapi malah berakhir jadi hubungan persahabatan.

Cukup sulit merebut tahta itu dari Wira, tapi dengan kerja keras ia tetap bisa mendapatkannya. Bahkan Mika rasa itu adalah peringkat satunya yang paling membanggakan. Baru kali ini ia merasa mendapat saingan sepadan.

Lihat selengkapnya