Ada berbagai macam jenis pelajar dalam menghadapi ulangan. Salah satunya adalah yang mengandalkan kerjasama dari pada percaya pada diri sendiri. Alasannya, katanya biar berasa kekeluargaan. Seperti halnya yang dilakukan dua orang gadis yang selalu duduk berdekatan seolah memang ditakdirkan jadi sepasang sahabat karib, Nia dan Nora.
"Kamu nomor tujuh udah?" tanya Nia sepelan mungkin.
"Udah, kalau kamu nomor sepuluh gimana?"
"Aku ada tuh, tukeran yuk?"
"Nomor sepuluh b."
"Nomor tujuh a."
Beda lagi dengan Aldo dan Ge yang sekarang tengah ribut berdua. Tak keruan tingkahnya, mereka membuat sandi-sandi yang hanya mereka sendiri yang paham.
Ge menggeram dan membuat bunyi-bunyi aneh. "Aduh, banyak nyamuk," katanya pelan tapi sebisa mungkin berusaha agar terdengar dan menarik perhatian pengawas.
Pemuda itu sengaja agar bisa bertepuk tangan, berakting ada nyamuk di sekitarnya. Tepukan tangan itu adalah tanda bahwa ia memanggil Aldo yang memang tempat duduknya berada cukup jauh, antara a dan g. Sesuai perkiraan, Aldo menengok beberapa detik kemudian. Yang akhirnya membuat Ge tersenyum cerah serta kembali beraksi setelah melihat bahwa keadaannya aman terkendali.
"Ups, aku tidak sengaja membunuh nyamuk," ucap Ge sambil menutup mulutnya dengan kelima jari.
Teman-temanya yang lain hanya tertawa, tapi Aldo yang mengerti bahwa maksud Ge adalah minta jawaban nomor lima jadi mengangguk paham. Kemudian mengusap-usap rambutnya sendiri, pertanda bahwa jawabannya adalah a. Aldo lantas memberikan kode bahwa ia juga ingin bertanya. Ge mengangguk. Aldo jadi menggerakkan kedua telapak tangannya ke bawah dagu dan berlagak tengah menjadi cherrybelle.
"Neber, neber won tyu rili rili lop yu," katanya dengan asal.
Seluruh kelas kembali dibuat tertawa, namun kali ini Bu Arba menenangkan agar semua pelajar kembali diam. "Aldo, jangan bercanda ya, serius ini lagi ulangan."
Aldo cuma menanggapi dengan cengegesan. Ia kembali melirik ke arah Ge yang mengangguk paham, sepuluh jari yang ada di bawah dagu Aldo itu bermakna nomor sepuluh yang harus ia jawab. Jadi ia segera menggaruk hidungnya, mengatakan secara tersirat bahwa jawabannya adalah b. Namun, karena mereka yang terlalu ribut, metode ini tentu tidak bisa digunakan sering-sering.
Jihan yang sempat mencium adanya aroma kerjasama antara Aldo dan Ge maupun Nia dan Nora pun jadi menggeleng-geleng saja. Gadis itu cukup peka dengan lingkungan sekitarnya. Membuat orang-orang tak bisa menyimpan rahasia darinya. Meski Jihan terkesan cuek, gadis itu tetap memegang teguh prinsip ketuhanan yang mengakar di keluarganya. Bahwa Allah melihat segala perbuatannya, dan mencontek bukan hal terpuji menurut gadis itu.