Gadis itu tersenyum malu di hadapan kakak kelas idaman yang sekarang telah berganti jabatan menjadi orang yang spesial baginya. Baru saja beberapa hari mereka pdkt, hari ini sudah tersiar kabar bahwa keduanya resmi jadian. Rasya menunduk sejenak, sebelum akhirnya mengangkat kepala dan tersenyum mendapati kenyataan ini. Pernyataan cintanya kemarin malam lewat chat itu juga bukan sebuah mimpi indah belaka.
"Jadi mulai sekarang, aku harus ke kelas kamu terus deh kayaknya," ucap Rama tanpa henti menebar senyum pada Rasya yang sudah salah tingkah tak keruan karena terus ditatap intens.
"Kenapa begitu?" tanyanya mencicit kecil masih dengan wajah yang menunduk menyembunyikan rasa malu.
"Soalnya kangen sih kalau gak ketemu."
Rasya kelabakan dirayu begitu. Meski ini bukan pertama kalinya bagi gadis itu merasakan manisnya cinta, entah kenapa Rama seakan memberi efek yang berbeda. Lebih dari yang selama ini pernah gadis itu rasa. Rasya pikir, mungkin Rama adalah pemuda yang selama ini dinantinya. Yang akan Rasya jadikan sebagai pelabuhan terakhir.
"Kok, pipinya merah sih, kayak tomat aja," goda Rama masih berusaha melihat wajah gadisnya itu.
Rasya cemberut karena merasa terpojok, susah payah ia menetralkan detak jantung agar tak semakin bertalu-talu di dalam sana. Bisa tambah malu ia jika sampai debaran itu terdengar oleh pujaan hatinya.
"Mau aku lempar pake batu?" Gadis itu mengancam, tak tau lagi harus berbuat apa. Ia tak pernah segugup ini sebelumnya.
"Eh, galak banget sih sama pacar sendiri," goda Rama lagi yang sukses membuat Rasya kembali merunduk malu.
Tampaknya hari ini kelas sebelas memang tengah disambangi sang dewi cinta. Buktinya saja, selain Rasya, Wira juga tengah tersenyum-senyum bahagia melihat secarik kertas berwarna merah jambu yang beberapa menit lalu diserahkan Zatin sebagai balasan dari surat yang ia kirimkan pada Zara. Wira menyengir, meski tak secara gamblang mengungkapkan bahwa gadis itu membalas perasaannya, setidaknya dengan balasan selembar kertas saja ia merasa kalau perjuangannya tak akan sia-sia.
"Cie, yang bahagia suratnya dapat balasan," kata Tama dengan akrab merangkul bahu Wira yang merupakan teman duduknya.
"Kayaknya, dia gak balas chat-ku karena ketimbun kali ya," ucap Wira mulai berani berpikiran positif.
"Zara kan ketua kelas, ya pastilah populer. Pasti banyak juga yang chat dia."
"Berat dong saingannya," komentar Tama yang membuat Wira mengangguk sedikit lemas mengingat fakta itu. "Ya santai aja kali bro, cewek itu cuma mau diperjuangkan kok, kalo dia ngerasa diperlakuan secara spesial, pasti mau deh."
Wira tersenyum optimis. Mika spontan meringis. Ia harusnya terbiasa berada di antara bunga-bunga cinta orang lain begini. Gadis itu selalu menjadi pengamat, ketika satu persatu teman-temannya terjangkiti virus merah jambu. Padahal, cinta masih jadi sesuatu yang tabu di sekolahnya. Sekali ketahuan, bisa gawat. Biar bagaimanapun, Madrasah Aaliyah adalah sekolah berbasis agama, yang meskipun tak seketat pesantren, tetap saja tak menghalalkan hubungan perempuan dan laki-laki tanpa ikatan yang lebih pasti.
Hal itu pula yang membuat Mika meragu, berkali-kali meyakinkan hati sendiri bahwa ia tak boleh ikut terseret arus. Di sisi lain, ia juga tak bisa menyalahkan teman-temannya, sebab ia tahu sulit sekali menahan gejolak hati. Maka, gadis itu memutuskan untuk tidak membiarkan hatinya tersentuh sama sekali, apalagi dimiliki.
Di tempat yang sama, Farina tengah mengibaskan kain kerudungnya ke belakang. Pandangannya fokus pada layar gawai yang sejak tadi menyala menampilkan sebuah beranda aplikasi. Gadis itu mengayun-ayunkan tangan kian kemari, memindai ruang kelas, berharap mendapatkan sesosok makhluk yang tertangkap kamera. Farina sesumbar mengatakan bahwa dia memang berharap bisa menjadi indigo dan ingin merasakan bagaimana melihat makhluk menyeramkan.
Kebiasaan barunya ini diperoleh sehabis melihat film horor. Farina merasa terinspirasi. Alhasil, didorong rasa penasaran dan keinginan kuat, gadis itu merelakan sisa kuotanya bulan ini untuk mendownload sebuah aplikasi yang katanya bisa mendeteksi keberadaan makhluk astral atau yang lebih dikenal dengan sebutan 'hantu' melalui tangkapan kamera.
"Bener enggak sih nih aplikasi, dari tadi hantunya gak muncul tuh," kata si cantik Gita yang ikut penasaran di belakang Farina.