Memorable Classroom

Nur Annisa
Chapter #7

6. The Most Silent In The Class

Tidak seperti yang biasa ditemukan di kehidupan anak SMA, di MA Al Ar ini tak ada geng populer. Memang tak semua penghuni kelas dapat berbaur jadi satu, banyak juga di antaranya yang lebih merasa cocok hanya dengan satu atau dua orang teman. Seperti halnya Mika yang lebih dekat dengan Rasya. Ataupun Gita, Farina dan Zaina yang hobi bergerombol. Juga Rendra yang kerap kali menghabiskan waktu bersama Alvin karena sama-sama tergabung dalam ekskul futsal. Namun, hal itu tak menutup kemungkinan bagi mereka untuk tetap membuka jalur persahabatan dengan yang lainnya.

Tapi, ada hal menarik jika membahas tentang pengelompokkan. Waktu itu, sedang viral beberapa artis tanah air yang dimasukkan dalam the most beautiful face, Tama yang selalu up to date juga tak mau ketinggalan. Ia menyebut tiga nama sebagai kandidat the most silent in the class. Nyeleneh memang. Tapi yang ia kemukakan itu ada benarnya juga. 

Salah satu diantara ketiga nama itu adalah Jordan Arani, atau yang kerap disapa Joe. Pemuda tambun itu memang dikenal irit bicara. Lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain game online di gawainya. Kabarnya, semenjak dari sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama, Joe selalu mendapatkan tempat di tiga besar. 

Sampai akhirnya semangat belajar pemuda itu menurun, sehingga ia harus rela berada di nomor belasan pada urutan peringkat kelas. Drastis memang. Alhasil, para guru menyalahkan game sebagai alasan kegagalannya menyabet gelar juara yang juga berpengaruh pada perubahan sikapnya menjadi pendiam.

"Joe! Joe!" panggil Nia dengan gaya imut kekoreaan miliknya. 

Pemuda itu hanya menengok sekilas sebelum kembali melihat ke arah layar gawai, tak banyak peduli. Sedang gadis mungil yang tadi memanggil namanya hanya bersorak kegirangan dengan Zatin yang juga tak kalah senang di sampingnya.

"Pangeran," panggil Zatin, "kamu udah makan belum?"

Joe menengok sebentar, kemudian menggeleng kecil.

"Lagi main game?" tanya Nora ikut-ikutan.

Pemuda itu mengangguk tanpa menoleh. Nia tak mau kalah, ia kembali melancarkan aksinya. "Enggak mau makan dulu Joe?" 

Lagi-lagi, Joe hanya menggeleng singkat. Ketiga gadis itu masih berusaha agar ia mengeluarkan suara atau minimal membuka mulutnya.

"Eh, Joe kemarin hari apa, sih?" tanya Nia lagi.

Pemuda dengan pipi penuh itu menegok jengah, merasa aktifitasnya terganggu. Ia berdecak dan berucap dengan kesal, "Kamis."

Sontak saja seruan keras langsung menyambut kehadiran satu kata dari mulut Joe, bahkan Zatin sudah sangat histeris dibuatnya. Walaupun pemuda itu punya badan yang kurang proporsional, entah kenapa malah tetap dijadikan idola. 

Lihat selengkapnya