Memorable Classroom

Nur Annisa
Chapter #8

7. Wali Kelas Sadis Tapi Tetap Manis

Berbicara tentang kelas, tentu tak bisa lepas dari peran seorang guru yang menjabat jadi wali murid, dan guru yang menempati posisi itu di kelas ini adalah Pak Dendi, guru muda dengan segudang ilmu pengetahuan. Beliau lulusan salah satu pesantren modern, hingga tak bisa dipungkiri bahwa kalimat yang terlontar dari mulutnya mengandung dalil dari sumber pokok ajaran Islam. Tak jauh dari guru Fiqih, Pak Safar.

Namun, berbeda dari Pak Safar yang biasanya santai dan mempunyai kesan bersahabat, hingga tak jarang dimanfaatkan oleh para pelajar pada umumnya dan Ge pada khususnya. Pak Dendi, lebih dikenal tegas. Itu karena beliau lahir dan di didik dalam keluarga militer, ayahnya panglima TNI, katanya. Bahkan Pak Dendi sendiri mengaku pernah mendaftar di sekolah kepolisian tapi tak beliau teruskan karena ibunya lebih mendukung pak Dendi untuk jadi guru.

Akhirnya terciptalah seorang guru yang mendidik muridnya dengan didikan militer. Mungkin ingin menyalurkan hasrat yang tidak kesampaian. Seperti yang terjadi di pagi menjelang siang yang terik ini. Para pelajar dari kelas sebelas agama dihukum beramai-ramai, karena tidak memakai sepatu.

"Dari asrama ke kelas kan cuma sepuluh langkah Pak, ribet kalau harus pakai ikat tali sepatu," kata Ge beralasan ketika ditanya.

"Sepatu saya basah, Pak," ucap Nia beralasan.

Nora yang ada disebelahnya mengangguk dan ikut menambahkan, "Kalau saya lupa taruh dimana."

"Kalian terlalu banyak alasan, sekarang semuanya saya hukum membersihkan lapangan, cepat!" perintah Pak Dendi membuat seisi kelas berhamburan keluar.

Mika menutupi wajahnya dengan telapak tangan, merasa malu saat beberapa kepala dari kelas lain melongok keluar jendela. Ingin mengetahui apa yang terjadi pada kelas mereka. Berbeda dengan Ge yang sudah tertawa-tawa tidak jelas serta Aldo yang bergaya tidak waras. Menurut mereka, hukuman ini sama sekali bukan hal yang memalukan. Keduanya senang bisa menjadi pusat perhatian.

"Eh, ngambilnya jauh-jauh aja, yang lama sekalian sampai jam pelajarannya Pak Dendi habis," kata Ge mengutarakan ide liciknya.

Jihan langsung menggeleng tak setuju. "Tapi kan malu diliatin satu sekolah."

"Santai, mereka enggak tau kita tuh lagi dihukum," sahut Aldo yang menganggap gagasan Ge sangat brilian. "Mereka kira kita terlalu rajin sampai rela panas-panasan mungutin sampah di lapangan."

Lihat selengkapnya