Memorable Classroom

Nur Annisa
Chapter #12

11. Sekotak Kenangan

Mika melongo menatap api kecil tengah membakar kotak berwarna merah muda yang berisi surat-surat serta kalung, cincin, dan beberapa benda kecil lainnya. Ini adalah puncaknya. Setelah kemarin Bina bercerita panjang lebar mengenai dia dan masa lalunya bersama sang mantan yang sebentar lagi akan menikah, gadis itu memutuskan untuk mencoba bangkit dari keterpurukan. Salah satu caranya adalah dengan menghilangkan semua barang pemberian ataupun hal yang berhubungan dengan sang mantan terindah. Bahkan gadis itu juga membakar buku hariannya sendiri.

Alhasil, tadi sewaktu lonceng istirahat berbunyi, Bina dengan terburu mengajak Mika ke asrama untuk mengambil kotak penuh kenangannya dan dengan korek api yang dipinjam dari ibu kantin, mereka membakarnya di samping tempat wudhu.

"Gimana rasanya sekarang?" tanya Mika memastikan keadaan.

"Udah agak lega," jawab Bina seraya tersenyum, Mika dapat melihat ketulusan dalam senyum itu.

Mika mengangguk sembari menepuk pundak Bina pelan. "Tenang aja, kamu pasti dapat yang lebih baik dari dia."

"Iya, mudahan aja gitu."

"Pasti, kamu cantik kok."

"Aku gak mau digombalin perempuan ya."

Keduanya tertawa, lantas diakhiri oleh langkah Bina yang lebih dulu menjauh, melepas kerudung yang ia kenakan untuk mengambil air wudhu. Mika tidak bohong ataupun memuji berlebihan tentang Bina yang cantik. Pertama kali bertemu gadis dengan nama lengkap Camelia Sabina itu, ia sudah terlihat begitu bersinar karena auranya yang jelita. Bahkan, bisa dibilang gadis itu adalah yang paling cantik di kelas.

"Eh, benar lagi azan, kamu gak wudhu dulu?" tanya Bina melihat Mika masih berdiri di sana.

"Kamu duluan aja, gantian. Aku jagain apinya dulu biar gak ada kebakaran."

Bina kembali tertawa sembari mengacungkan ibu jarinya, berterima kasih tanpa suara. Tak lama, Jihan datang menggantikan posisi gadis itu. Duduk di samping Mika menunggu giliran untuk berwudhu.

"Ngapain, Mik?" tanyanya.

"Membakar kenangan," jawab Mika datar.

"Lah? Gimana?"

"Kamu pernah jatuh cinta gak, sih?" tanya gadis itu sembari tetap melihat ke arah api yang sudah hampir membakar habis seluruh kenangan Bina tentang cinta pertamanya itu.

"Gak tuh."

"Bohong!"

"Bener!"

"Berarti gak normal dong, paling enggak ada kan pernah suka gitu?"

"Kalau suka sih pernah."

Mika jadi menoleh tertarik. Tak menyangka seorang Jihan bisa masuk perangkapnya untuk menceritakan masalah ini. "Sama siapa?"

"Ada, waktu SD."

"Ih gak seru, maksudnya di sini."

"Di sini?"

Lihat selengkapnya