Memori Berdarah

Adnan Fadhil
Chapter #1

SATU

Secara rasional, tidak ada satu orang pun yang bisa melihat kejadian di masa depan. Tidak ada pula yang bisa mengetahui masa lalu orang lain, selain kepunyaan diri sendiri. Namun, terlepas dari itu, adakalanya terjadi fenomena luar biasa yang sukar dipahami akal sehat manusia. Fenomena di luar nalar tentang melihat masa depan atau masa lalu orang lain, yang tidak diketahui penyebabnya dan acapkali diragukan kebenarannya.

Hidup seorang gadis seketika berubah setelah dilanda satu fenomena di luar nalar. Gadis itu tidak tahu alasan dan awal mulanya, saat dia tiba-tiba diperlihatkan masa lalu satu keluarga asing yang tak pernah dikenalnya, bahkan diketahui keberadaannya. Bukan yang indah, masa lalu itu, tetapi yang penuh siksa dan berdarah-darah. Sebuah tragedi bengis dan penuh akan dosa.

Tidak ada yang istimewa dari gadis yang diperlihatkan tragedi berdarah itu. Clara—begitulah orang-orang memanggilnya—berperawakan semampai dengan bahu kurusnya yang cekung. Mata bulat yang menatap polos dan hidung mungilnya memberikan kesan pendiam yang kental.

Dua hal paling menarik dari Clara adalah rambut hazel alaminya yang bergelombang, tergerai sampai siku, dan tampak lembut juga bercahaya. Ada pula bibir merah jambu natural yang sukses menonjolkan keindahan khas dari wajahnya.

Tidak ada juga yang istimewa dengan waktu saat fenomena itu tiba-tiba terjadi. Hanya dini hari biasa di bulan Maret 2022.

Clara hanyalah kasir mini market yang terpaksa kerja sif malam karena kekurangan pegawai. Ini sudah hari ketiganya harus pulang kerja hingga hampir subuh. Mungkin ini kali terakhirnya begitu. Mungkin juga dia harus bertahan sampai dua atau tiga hari lagi. Tapi dia tak peduli itu, juga tak pernah protes. Karena memang begitulah caranya agar bisa melangsungkan hidup. Sambil menabung sedikit demi sedikit untuk biaya melanjutkan kuliah yang sudah cukup lama terbengkalai.

Dini hari menjelang subuh ini, mata lelah Clara memandang jauh lampu-lampu jalan yang meliriknya redup. Pandangan gadis 22 tahun itu seakan kosong, tak bersemangat. Langkah kakinya pun berat dan gontai. Pengalaman sif malamnya beberapa hari ini tidak berjalan dengan baik.

Mini market itu tidaklah sepi seperti yang dia harapkan, tapi malah sebaliknya. Ramai, bahkan melebihi ramainya pagi sampai sore hari. Terlebih dengan aneka tingkah-tingkah aneh beberapa pelanggan itu. Dari yang kerjanya marah-marah sampai yang tujuannya menggoda. Namun, semuanya wajib disambut senyum oleh Clara, meski dengan terpaksa.

Lihat selengkapnya