Senin, 14 Maret 2022
Lebih dari selusin orang berkerumun di teras sebuah rumah bernuansa gundah. Hampir semuanya menggenggam ponsel, beberapa di antaranya memegang alat rekam, dan ada juga mikrofon yang terhubung dengan kamera ENG. Namun, hanya ada satu perempuan di kerumunan itu; Violeta Sabrina, yang berdesak-desakan di bagian tengah.
Postur Vio yang mungil membuatnya dengan susah payah mengabahkan tangan kirinya yang menggenggam alat rekam. Berusaha agar alat itu sedekat mungkin dengan sosok yang berbicara; berjarak dua langkah di depan kerumunan. Kedua kakinya berjinjit, hampir hilang keseimbangan saat tiba-tiba ada yang menyenggol.
Perempuan 26 tahun itu meringis pelan, berhenti berjinjit, lalu tangan kanannya menyelipkan anak rambut yang berserakan ke belakang telinga. Rambut hitam mengilap dan dipotong sebahu Vio sangat cocok dengan bentuk wajahnya yang oval. Lalu, kedua matanya yang menatap narasumber memancarkan ambisi dan sendu secara bersamaan.
Setelah mengatup bibir yang berkesan ketus itu, Vio mengambil ponsel di tas selempang kecil, menyetel ke mode kamera lalu mengarahkannya pada si narasumber. Ditekannya ikon bulat merah di layar beberapa kali dan cukup puas dengan hasilnya.
Sosok narasumber yang sedang memberi pernyataan itu adalah lelaki tegap berkemeja putih dengan lencana polisi yang mengalungi lehernya. Lelaki itu berumur 55 tahun dan berbadan bongsor. Bentuk rahangnya tegas dengan garis wajah kaku; menandakan saratnya pengalaman sebagai penyelidik.
Dia Kompol Sudirman; Kasatreskrim Polresta Tanjungpinang. Dan sementara dia berucap, dua lelaki yang tak kalah tegap berdiri di kedua sisinya.
Satu orang dari lelaki itu—berjaket kulit—adalah kepala unit tipidum (tindak pidana umum). Sedangkan lelaki satunya—berkaos polo warna oranye—merupakan kepala urusan identifikasi atau Inafis (Indonesia Automatic Fingerprint Identification System).
Hari masih pagi—sekitar jam enam lewat lima belas—saat kepolisian mendapat laporan terbunuhnya satu keluarga yang terdiri dari tiga orang; pasangan suami istri dan gadis kecilnya yang berumur tujuh tahun.
Dari penyelidikan awal, diduga motif pembunuhan itu adalah karena korban melawan saat akan dirampok. Namun, dari pandangan yang berlandaskan pengalamannya, Kompol Sudirman yakin pasti ada semacam motif tersembunyi dari kasus ini. Dia perlu mengumpulkan lebih banyak petunjuk untuk membuktikannya.
“Saya lihat ada CCTV di TKP. Apa dari sana diketahui ciri-ciri pelaku, Ndan?” Lelaki di depan Vio yang bertanya.
Bersamaan dengan pertanyaan itu, Vio melirik arloji di tangan kirinya: pukul 08.57. Panas mentari pagi sudah mulai terasa di tubuhnya.
“Maaf, untuk sementara, hal terkait ciri-ciri pelaku masih bersifat rahasia.” Sudirman menjawab dengan tenang.
“Bisa kami melihat rekaman CCTV-nya?” ungkap lelaki di sebelah penanya sebelumnya.
“Kami masih perlu mendalami rekaman itu, jadi belum bisa memberitahunya ke publik.” Sebagian besar jurnalis tampak kecewa dengan jawaban Komisaris Polisi itu.