Kavin, Rifan dan juga Wildan telah menyelesaikan hukumannya untuk hari ini. Di depan toilet, bu Rahayu yang sejak tadi bertugas mengawasi, terlihat tengah memberi pengarahan sedikit kepada mereka sebelum mempersilahkan ketiga laki-laki tersebut untuk beristirahat.
"Seragam kamu kenapa Rifan?" tanya bu Rahayu yang baru menyadari ada yang aneh dengan penampilan Rifan.
Rifan melirik sinis ke arah Kavin yang kini tengah diam dengan perasaan tanpa dosanya. "Di siram sama Kavin, Bu."
Bu Rahayu menghela napasnya panjang sembari menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan segala kelakuan absurb dari murid-muridnya ini. "Ya sudah, sekarang kalian kembalikan dulu semua peralatan kebersihannya ke ruang cleaning service. Baru setelah itu, kalian bisa beristirahat."
"Baik, Bu."
"Rifan, nanti segera ganti baju kamu sebelum kamu masuk angin!" titah bu Rahayu yang kemudian direspon anggukan kepala oleh Rifan. "Kalau begitu saya pergi dulu. Ingat ya, besok kalian masih harus membersihkan toilet yang lain lagi. Mengerti?"
"Mengerti, Bu!" sahut ketiganya secara bersamaan.
Setelah menyimpan kembali peralatan kebersihan ke tempat semula, tiba-tiba Kavin merogoh saku celananya dan melemparkan sebuah kunci kepada Rifan. Beruntung dengan sigap, tangan Rifan berhasil menangkapnya. "Ambil sendiri baju olahraga gue di loker."
Rifan dan Wildan langsung bertukar pandang, seolah-olah keduanya tengah berbicara lewat sorot mata mereka masing-masing. Kemudian keduanya kembali menatap Kavin dengan dahi yang sama-sama berkerut.
Ditatap seperti itu membuat Kavin merasa risih. Dia pun berujar dengan gelagat yang sedikit salah tingkah, "Apa? Kenapa? Lo nggak mau pakai baju gue? Ya udah sini balikin kuncinya!"
Rifan segera menyembunyikan kunci tersebut di belakang tubuhnya. "Nggak bisa! Pinjaman baju lo itu, gue anggap sebagai permintaan maaf tak langsung lo karena udah bikin gue basah kuyup kayak gini."
Wildan terkekeh, kemudian dia ikut menimpali, "Vin, Vin, se-jengkel-jengkelnya gue sama sifat buruk lo, sebenarnya lo itu masih punya sisi baik yang jarang banget lo lihatin ke orang-orang."
Kavin memutar bola matanya jengah. "Gue males kalo lo udah muji-muji gue kayak gini! Pasti ujung-ujungnya nanti minta traktiran makan. Udah hapal gue sama tabiat lo!"
"Nah itu tahu!" seru Wildan membenarkan. "Ke kantin yok, udah lapar banget gue dari tadi."
"Gue nitip makanan kayak biasanya. Entar gue nyusul, kalo udah ganti baju!" pinta Rifan.
"Oke, gampang." Setelah mengatakan hal tersebut, Wildan segera menggiring Kavin untuk pergi ke kantin. Sedangkan Rifan berjalan berlawanan arah dengan mereka karena letak kelas Kavin yang berbeda jalur dengan jalan menuju kantin.