Suasana di kelas 12 IPS 3 sekarang benar-benar kacau akibat jam pelajaran terakhir yang ditiadakan. Tampak semua murid sama-sama sibuk dengan urusan mereka masing-masing, tak ayal beberapa murid lain membuat kegaduhan yang membuat kelas tersebut terlihat semakin tidak terkondisikan.
Ada yang bermain game bersama, mengadakan konser dadakan, asik bergosip ria, membaca novel, bahkan ada juga yang kabur ke kantin. Tetapi berbeda dengan yang dilakukan oleh Naura, dia justru tengah tertidur sembari mendengarkan musik lewat aerphone-nya.
Duk!
Tiba-tiba Naura terbangun setelah seseorang dengan seenak jidatnya menendang kaki meja yang dia gunakan untuk menelungkupkan kepalanya. Lalu dia melepas aerphone sebelahnya sembari berkata, "Kenapa? Ngajak berantem?"
"Lo kenal sama cewek tadi?" tanya Kavin dengan nada bicara seperti preman yang hendak memalak korbannya.
"Cewek yang mana?" Naura balik bertanya di saat dia tidak mengerti maksud dari pertanyaan Kavin barusan.
Kavin berdecak, dia tampak kesal karena Naura tidak langsung paham akan pertanyaannya. Dia sendiri juga terlalu gengsi untuk menjelaskan lagi maksud dari pertanyaannya itu, alhasil dia pun memilih untuk pergi saja. "Nggak jadi!"
"Apa, sih? Nggak jelas banget jadi orang!" Naura menggerutu seraya mengerutkan dahinya heran. Kemudian dia memilih untuk melanjutkan kembali kegiatan tidurnya.
Duk!
"Apa lagi?!" sentak Naura dengan amarah yang mulai memuncak. Bahkan saking kerasnya suara teriakan dia, suasana kelas yang awalnya ramai pun langsung berubah menghening dalam sekejap.
Tanpa Naura duga, ternyata Kavin kembali menghampiri mejanya dan langsung bertanya dengan pertanyaan yang sama. Sebenarnya laki-laki ini mau bicara apa dengan dirinya?
"Cewek yang di ruang guru, lo kenal sama dia?"
"Oh murid baru itu, kenapa? Lo suka sama tuh cewek?" Naura menyahut dengan sengaja memancing emosi Kavin. Jujur saja, sebenarnya dia juga merasa penasaran dengan alasan Kavin bertanya seperti itu padanya.
Lalu tiba-tiba ingatannya kembali ke kejadian tadi pagi. Saat itu, Naura memang sudah punya feeling tentang mereka berdua. Apalagi ketika keduanya tidak sengaja berpapasan di ruang guru, Naura langsung menyadari kalau ada yang janggal dari cara mereka bertukar pandangan.
Menurut Naura, ekspresi Kavin 'lah yang membuatnya semakin yakin akan hal tersebut. Apalagi waktu itu, Kavin tampak tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya setelah melihat Nada ada di sana. Sedangkan Nada sendiri juga tampak menahan diri untuk tidak menyapa duluan.
Awalnya, Naura tidak terlalu ambil pusing tentang analisisnya tersebut. Tetapi jika dilihat dari tingkah laku Kavin sekarang, secara tidak langsung laki-laki itu justru membenarkan dugaan Naura sebelumnya.
Mendadak Naura menyunggingkan senyum miringnya. "Kok diam aja? Jangan-jangan lo beneran suka ya sama Nada? Makanya nggak bisa jawab!"
Kavin masih diam tapi tatapannya sudah tidak bersahabat lagi. Naura kembali bersuara, "Mau gue bantuin pedekate sama dia, nggak?"