Memori di Santorini

Muhammad Haryadi
Chapter #5

Pria Asing Bernama Arsen

Matahari sore merayap lembut di balik jendela kaca rumah sakit, meninggalkan jejak cahaya keemasan di lantai marmer. Udara Santorini berbau laut dan rosemary yang terbawa angin. Di dalam kamar, Tasya duduk bersandar di sisi ranjang — wajahnya setengah teduh, setengah kosong.

Sudah tiga hari sejak ia sadar. Namun tak ada yang kembali. Tidak nama, tidak masa lalu, tidak apa pun selain gema samar dari suara lelaki yang menenangkan sebelum ia kehilangan kesadaran. Suara yang kini menjadi satu-satunya jangkar di pikirannya yang kabur.

“Kau sudah aman sekarang…” Kalimat itu, entah kenapa, terasa lebih nyata dari dirinya sendiri.

Ketika pintu kamar terbuka sore itu, Tasya semula mengira itu dokter. Namun langkah itu lain — tenang, berat, dan terukur, seperti seseorang yang sudah terbiasa menahan rahasia terlalu lama.

Ia menoleh.

Seorang pria berdiri di ambang pintu, mengenakan kemeja putih dan jas abu tipis. Tinggi. Tenang. Sorot matanya kelabu muda — bukan abu dingin, melainkan abu yang menyimpan badai di balik keheningan.

Ia membawa setangkai bunga peony putih di tangan, lalu meletakkannya perlahan di meja.

“Tasya.”

Suara itu membuat jantungnya berhenti sesaat. Suara itu. Lembut, dalam, dan menenangkan — sama persis dengan yang ia dengar di antara riuh ombak dan gelap kesadaran.

Ia menatapnya tanpa suara. “Apakah kita… saling mengenal?” tanya Tasya akhirnya, suaranya serak.

Lihat selengkapnya