Memori di Santorini

Muhammad Haryadi
Chapter #8

Cermin yang Tak Mengenal

Santorini mulai memantulkan kilau senja keemasan yang halus—seindah lukisan, namun menyimpan bayang-bayang yang tak kasatmata.

Kamar rumah sakit itu sunyi, hanya terdengar bunyi monitor yang berdetak pelan. Cahaya sore dari jendela besar menyapu lantai, memantulkan warna keemasan khas Santorini. Kamar itu tampak terlalu indah untuk sebuah ruang perawatan—seolah dibuat agar pasien merasa hidupnya tetap “mahal”.

Tasya berdiri di depan cermin panjang dengan bingkai perak elegan. Ia seharusnya melihat dirinya.Namun, sensasi itu tidak muncul. Wajah yang terpampang di cermin… terasa seperti milik orang lain. Ia mendekat. Ketika jarinya menyentuh permukaan kaca yang dingin, Tasya menyadari sesuatu yang membuat dadanya mengencang: sorot mata dalam pantulan itu… tidak terasa familiar.

Bukan karena berubah.Bukan karena berbeda. Tapi karena ia tidak tahu bagaimana seharusnya tatapan “Tasya” itu terlihat. “Aku… benar-benar tidak mengenal diri sendiri,” gumamnya pelan.

Tasya menelan ludah. Bayangan dirinya tampak sedikit tegang, tapi ia tak bisa menilai apakah itu reaksi normalnya atau karena kecelakaan. Tidak ada standar untuk dibandingkan. Tidak ada memori emosional tentang wajahnya sendiri.

Fenomena itu disebutkan oleh dokter—prosopagnosia sementara akibat trauma. Sulit mengenali wajah, bahkan wajah sendiri. Tapi apa yang ia rasakan jauh lebih dalam. Lebih personal. “Kenapa rasanya seperti aku melihat orang asing?” suaranya Tidak ada jawaban. Dan itu membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Bekas luka itu seperti potongan puzzle dari kehidupan yang tidak bisa ia masuki.

Tasya merasakan kepalanya berdenyut ringan. Ia menarik napas, memejamkan mata. Suara langkah seseorang di lorong membuatnya kembali sadar. Ketika membuka mata…ia melihat paviliun rumah sakit tercermin di belakangnya. Dan di antara refleksi ruangan itu—sebuah bayangan tinggi seorang pria berjalan melewati pintu kamar, tanpa suara.

Lihat selengkapnya