Memori Shania

Suci Adinata
Chapter #9

Memori 8 : Kamis, 10 Juli 2014

KAMIS, 10 JULI 2014

Hari terakhir Masa Orientasi Siswa

Entah kenapa, hari ini aku diantar Mamak jam 05.50 WIB dan di bonceng pakai motor merk M** S*** warna hijau, kompak dengan warna helm. Ada kepentingan mendadak kata Mamak dan aku hanya mengikuti saja. Meski sebenarnya, aku ingin berbaring sejenak. Untuk menemukan beberapa jawaban tentang kejadian tiga hari yang lalu. Lagipula siapa yang sudah di sekolah sepagi ini?

Ketika sampai di sekolah, dengan langkah kaki yang terkesan dipaksakan. Aku perlahan menaiki tangga. Tinggal beberapa hari lagi. Aku sudah resmi jadi siswi di sekolah ini. Tas yang aku bawa di punggung, kini berpindah ke kursi. Kebetulan, pintu tangga yang menuju kelas sudah bisa dibuka. Suara angin mendesir, memainkan daun-daun yang berada pohon. Aku berjalan ke teras kelas. Melihat langit pagi. Dari gedung lantai dua ini, aku juga bisa melihat lapangan upacara. Dulu, belum ada Gazebo. Mungkin kini, jika datang lagi ke sekolah. Berbeda cara melihatnya. Gazebo itu seolah menjadi penghalang.

Aku hanya menunggu dan berdiri saja. Untuk menikmati cahaya pagi yang merambat perlahan-lahan. Jam di tangan ku menunjukkan angka 06.05 WIB. cahaya jingga kala itu mulai menyebar ke penjuru langit. Mata ku menyisir ke arah lapangan upacara.

Ada sosok laki-laki yang berdiri di sana. Mengalungkan kamera miliknya, kemudian menoleh ke atas. Tersenyum ke arahku. Sepertinya dia tahu kalau sejak tadi aku memperhatikan. Jantung ku berdebar tak karuan. Langkah kaki terdengar. Semakin dekat, perasaan ku campur aduk. Langkah kaki itu terdengar di percepat. Tidak ingin membuat seseorang, menunggu di lantai dua.

Aku penasaran. Untuk apa kak Dhery datang sepagi ini? Bayangan hitam itu terlihat mendekat. Aku langsung membalikan badan. Memperhatikan lapangan upacara. Pura-pura tidak mengetahui.

"Hei." Suara perempuan terdengar.

"Sedang apa kamu. Kenapa datang sepagi ini ke sekolah?"

Aku, tentu saja kaget. Bukannya...

Kemudian membalikkan badan. Aku mengernyitkan dahi. Bukankah dia?

"Oh, iya." Perempuan itu kemudian tertawa kecil. Sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah ku. Mungkin dia juga berpikir, bahwa tidak ada orang selain dia berada di gedung kelas lantai dua ini.

"Nama kamu siapa? Maaf kalau aku membuatmu kaget." Raut wajahnya menampakkan ekspresi rasa bersalah. Perlahan mengulurkan tangan.

"Shania." Aku berusaha untuk tidak canggung. Tersenyum kaku.

Kemudian bersalaman. Aku bingung, melihat perilakunya. Berbeda.

"Kamu yang berada di kelas sendirian beberapa hari yang lalu kan?" katanya, sesaat melepas tangan ku.

Aku menganggukkan kepala, membenarkan pertanyaan dia.

Kami berdua menghadap ke lapangan upacara, dia kemudian mengambil posisi di kiri. Masih memakai tas yang isinya terlihat banyak.

"Aku lupa." Lalu menepuk jidat, hingga terdengar bunyi 'plok.'

"Nama ku Intan Najima Apriliana, sebenarnya ada kisah dibalik pemberian nama itu." Intan membuka percakapan dengan suara ekspresi semangat. Membuat ku penasaran.

"Kalian sedang apa disini?" Suara laki-laki terdengar. Kami berdua kompak menoleh ke belakang. Sumber suaranya.

Lihat selengkapnya