Selesai meruncing pensil. Aku kembali ke kelas. Hanya beberapa orang di dalam kelas ini. Aku bosan. Kantin? Nanti saja, masih kenyang. Jadi aku memutuskan untuk membalikkan badan menuju kelas. Lalu, meletakkan pensil dan peruncingnya di tempat alat tulis ku.
Kemudian duduk sambil mencari objek pengamatan. Aku bosan.
Di bangku paling belakang, tangan Intan begitu lincah menari di atas kertas. Menggores kata demi kata.
Entah apa yang ia tulis, wajahnya serius sekali.
Mulutnya sesekali bergumam, entah apa ia gumam kan.
Bola matanya ke atas, tangannya kembali gesit mengukir di atas kertas dengan pena tinta hitam.
Tatapan penuh tanya belum ku lepas, posisi tempat duduk kami satu garis horizontal.
Di sebelah kanan Intan, ada cermin yang aku ceritakan sebelumnya. Ingin ku langkah kan kaki, menghampiri dan bertanya apa yang ia lakukan, sepertinya hal itu serius sekali. Tapi ku urungkan, matanya menatap tajam ke arah ku. Seakan tau kalau aku mengamati dia sejak tadi.
Dia berdiri dan bergegas pergi keluar kelas, meninggalkan aku seorang diri.
Tunggu sebentar, Intan sebenarnya berada di kelas mana? Tadi bukannya tempat duduk Ema? Daripada pusing memikirkan hal itu. Lebih baik aku kembali menatap ke papan tulis putih.
*****
Ema berjalan ke arah ku. Entah dari mana dia. Langsung duduk di bangkunya Feren. Kemudian bercerita. "Guru baru itu memang beda."
Aku bertanya, "Jadi tadi bagaimana? Kelas ini jumlahnya kurang lebih 30 siswa."
Dengan satu tarikan nafas, kemudian menghembuskannya. Ema menjawab pertanyaan ku.
"Kau tau, dari meja pertama aku mengingat. Kemudian baru mencatat di meja ketujuh setelah pak Arifin memberi aba-aba."
"Kesal aku sama pak Arifin itu. Kurang kerjaan," sambungnya.
Dari tatapan matanya, Ema terlihat kesal dan juga menyesal. Sementara itu, aku hanya terdiam. Kalau aku tertawa, itu bukan reaksi yang tepat. Malah membuatnya tambah kesal. Aku hanya mendengar keluh kesahnya saja.
Waktu istirahat masih 15 menit lagi, rasa bosan menghampiri ku dan memutuskan untuk mencari angin di luar kelas. Ema sudah keluar setelah beberapa menit bercerita. Entah kemana.
*****
Shania berjalan berkeliling, startnya dari kantor guru belok ke kiri melewati koridor sekolah dan melihat kak Dhery duduk di sana. Tempat guru piket.
Beberapa siswa bergerombolan minta izin ke luar sekolah.