Memori Sonata

🕯Koo Marko✨
Chapter #28

Koda

Tiada yang pernah tahu A-ni yang ia maksud sesungguhnya seperti apa. Yang pasti ia pasti sangat berharga. Meskipun telah berulang kali berupaya memahaminya, tetap tidak cukup. Yang kupaham A-ni hanyalah sebuah alasan, sebuah tombak yang diarahkan tepat di bawah dagu dan memaksaku mengambil ikrar janji keluarga.

Bila melihat foto bersama pernikahanku, tiada wajahnya sama sekali. Ia bukannya terlalu malu dan bersembunyi di balik pundak seseorang, melainkan karena tidak datang seperti dulu sering menghadiri pesta ulang tahunku. Sebagai ganti, malah selembar surat yang diselipkan dalam amplop merah yang tidak pernah kuinginkan. Caranya sangat kuno mengingat zaman kami sudah bukan zaman milenial. Satu hal yang pasti membuatku menerima amplop itu adalah keyakinanku bahwa setiap langkahnya selalu menyimpan arti yang tidak pernah kusangka-sangka. Kini telah paham kenapa ia memilih surat. Alasannya sangat sederhana, tetapi menyakitkan karena betapa bodohnya diri ini baru menyadari hal itu. Ia jelas ingin aku mengingatnya, mengingat setiap gaya tulisan, perawakan dirinya, dan sifatnya yang kadang seperti anak-anak. Ia paham inovasi teknologi membuat segalanya seperti jentikan jari. Bagus, tetapi disayangkan, jentikan jari itu seperti pemotong rumput yang meratakan semua gaya huruf, perawakan, dan emosi menjadi datar, sedatar layar ponsel yang kita tatap. Tulisan tangan berbeda. Setiap guratan dan tekanan seperti cerminan jiwa yang terasa hidup. Bahkan, terasa nyata karena bisa kupegang dan kusimpan berlama-lama.

Isi suratnya tidak begitu panjang seperti esai perguruan tinggi. Singkat saja. Mungkin terlalu lelah menulis panjang lebar. Kata-katanya sangat puitis. Mungkin ia mengira karena penerimanya seorang penulis. Padahal, tidak masalah mau cakar ayam sekalipun. Yang terpenting adalah isi dan maksud dirinya. Jika ingin tahu seperti apa, inilah surat itu,

Lihat selengkapnya