Memoria

Fiha Ainun
Chapter #6

Tentang Jatuh Cinta

Kalian tahu alasan seseorang untuk hidup? Ya, untuk saling membahagiakan satu sama lain.

Ya, aku bahagia.

Aku bahagia setiap melihat kau tersenyum, kau tertawa. Walau tawa dan senyum itu bukan untukku, dan juga bukan karenaku.

Tawa itu untuk orang lain, tapi aku selalu bahagia.

Alasannya sederhana, karena kau bahagia.

Karena setiap kau bahagia, aku akan ikut bahagia.

Jatuh cinta sesederhana itu, bukan?

***

Saat Bani dan Kia saling melempar tawa, tak pelak membuat gue ikut tertawa juga. Alasan gue sederhana, karena gue selalu suka melihat Bani tertawa. Walau tawa itu bukan karena gue, bukan juga untuk gue.

Seperti saat ini, melihat Bani yang tertawa riang karena lawakan Kia berhasil membuat gue mengulum senyum. sebuah pertanyaan yang selalu melintas di benak gue cuma satu. Semudah itu kah membuat Bani tertawa?

"Eh, Yoona. Btw kamu betah, ya di prodi Mesin. Keliatannya asyik banget. Kan jarang tuh cewek yang mau masuk prodi itu," seru Kia sambil menatap gue yang duduk di sebelah Bani, sementara Kia duduk di hadapan Bani.

"Aku juga heran dulu pas awal-awal deket sama dia. Aneh aja kan ya, kok ada cewek mau masuk Mesin," seru Bani disusul tawa riangnya.

"Emang apa sih yang buat kamu bisa sampai betah di Mesin?" Tanya Kia.

Gue menyeruput secangkir kopi Latte sebelum menjawab. "Gak tahu. Aku suka aja."

"Yoona itu suka sama baunya oli. Makanya dia masuk Mesin," seru Bani.

Mendengar jawaban Bani, sontak Kia langsung melebarkan mata sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

"Eh, serius nih, Yoona?" tanya Kia kaget sekaligus kagum. "Bisa ya ternyata gara-gara suka bau oli, langsung milih masuk jurusan Mesin."

"Ya bisalah. Buktinya Yoona Bisa." Bani menjawab.

"Selain itu, ada alasan lain gak?" Tanya Kia lagi. Entah sejak kapan Kia jadi penasaran tentang gue.

Gue menggeleng. "Nggak ada. Alasan aku masuk prodi Mesin, ya cuma itu."

Kia langsung bertepuk tangan antusias. "Gila! Ini sih kamu keren banget, Yoona!"

Gue hanya membalasnya dengan senyuman.

Gue melirik ponsel yang sedari tadi berkedap-kedip, tanda ada pesan masuk. Gue meraih ponsel itu dan melihat ada pesan masuk dari Justin.

Gue menarik napas panjang lalu mulai membalas pesannya.

"Chat dari siapa?" Tanya Bani.

Gue melirik Bani sekilas. "Dari Justin."

"Ya elah, Bani. Posesif banget, nanya terus kalo ceweknya ada yang nge-chat," seru Kia sambil terkekeh pelan.

Bani ikut terkekeh. "Nggak. Bukan gitu juga." Lalu Bani kembali menatap gue. "Ada masalah?"

Gue menggeleng. "Nggak, kok."

Bani hanya mengangguk-angguk pelan.

"Aku duluan, ya. Udah jam 1 nih. Ada kelas."

Lihat selengkapnya