Tadi pagi Bani mengabari kalau dia mau menjemput gue di rumah. Dan sekarang dia sudah ada di ruang tamu menunggu gue.
Gue merapikan rambut dan sedikit memberikan polesan liptint pada bibir. Setelah dirasa cukup pas, gue meraih tas dan beberapa buku lalu keluar dari kamar.
Dan mata gue malah disuguhkan oleh pemandangan Bani yang tengah mengobrol dengan Mama.
"Tuh, anak gadisnya Mama udah siap. Lama banget, kan ya dandannya. Biasa lah anak cewek mah suka gitu," cerocos Mama yang membuat Bani jadi tertawa.
Gue hanya diam memandang kedua orang itu dengan pandangan malas. Kenapa Mama jadi sok akrab kayak gini.
"Kamu kok gak bilang-bilang sih kalau Mama kamu masuk rumah sakit?" tanya Bani.
Mama memandang Bani. "Ah, Yoona mungkin sengaja gak bilang ke kamu, biar kamu gak usah khawatir," jawabnya, sambil melirik gue.
Sementara gue hanya memutar bola mata malas mendengarnya.
"Ayo berangkat sekarang," seru gue sambil berlalu pergi. Dan dapat terdengar di telinga gue langkah Bani yang terburu-buru mengejar gue.
Dan tepat ketika Bani di belakang gue, dia pun langsung menarik tangan gue. "Tunggu bentar."
Gue pun otomatis berhenti melangkah. "Ada apa?" tanya gue malas. Mood gue sudah hancur pagi ini hanya karena melihat Mama sok akrab dengan Bani.
"Kamu kok gak pamitan dulu sama Mama kamu? Salim dulu, kek, gimana Kek. Ini maen nyelonong aja."
"Udah, ayo buruan! Telat nih!" Gue malah berkata sedikit kasar dan langsung memakai helm.
"Kamu lagi ada konflik sama Mama kamu?" tanya Bani.
"Nggak ada."
"Itu sih? Kenapa sikapnya kayak gitu?" tanya Bani lagi.
"Iya. Besok-besok gak gitu. Ayo buruan ah!" seru gue sambil menarik tangannya.
"Iya iya. Lagian heran deh. Sama Mama aku sopannya pake banget, ini sama Mama sendiri malah kayak gitu."
***
Bani mengantar gue tepat di pintu kelas, hingga membuat beberapa pasang mata melirik ke arah kami.
"Hari ini kelasnya sampai siang doang, kan ya?" tanya Bani.
Gue mengangguk. "Iya."
"Ya udah, nanti kalau kelas kamu udah beres, kita nonton yuk. Lagi ada film yang seru nih."
Gue memicingkan mata. "Emangnya kamu nggak ada kelas?"
"Ada sih. Cuma kemungkinan dosennya gak masuk hari ini. Nanti aku kabarin lagi aja deh, ya."
Gue mengangguk sebagai jawaban.
"Ya udah, kalo gitu aku pergi, ya," seru Bani sambil mengacak rambut gue pelan.
Gue mengangguk sambil tersenyum. Setelah melihat Bani pergi, barulah gue bergegas masuk ke kelas. Dan gue langsung disuguhi oleh pemandangan Sebastian dan Mahesa yang tengah menatap gue dengan pandangan menggoda.
"Kalian ngapain sih liatin gue kayak gitu?" tanya gue merasa tak nyaman.
Dan Sebastian langsung beranjak dari kursinya, berjalan ke arah gue.
"Cieee yang udah baikan," serunya sambil menaik turunkan alisnya.
Gue mendesis dan langsung menoyor kepalanya. "Dih apaan sih! Kayak anak SD," seru gue sambil berlalu meninggalkan dia dan segera duduk di kursi tepat di samping Mahesa.
"Ada angin apa nih tiba-tiba baikan?" goda Mahesa.
Gue mengembuskan napas sebal. "Kalian berdua ngapain sih, elaaah... kepo banget sama urusan pribadi gue. Emangnya gak ada kerjaan yang lain apa."
"Kerjaan gue mah cari berita ter-update," balas Sebastian sambil mendekat dan duduk di sebelah gue.
Mahesa hanya tertawa dan langsung menarik rambut Sebastian.