Memoria

Fiha Ainun
Chapter #13

Tentang Yasha

Gue membuka mata, merasakan sinar matahari yang masuk lewat celah jendela. Gue langsung bangkit dan membuka tirai jendela, matahari sudah terlihat sangan terik. Mungkin saat ini hari sudah mulai siang.

Gue memejamkan mata berusaha menyesuaikan cahaya matahari yang masuk ke kamar. Tumben banget hari ini gue bangun siang. Tapi, gue rasa ada yang salah. Kok, kenapa gue bangun siang?

Seakan teringat sesuatu, gue meraih ponsel dan melihat hari apakah ini. Dan gue sukses dibuat melotot tak percaya begitu melihatnya.

Ini hari kamis! Dan sudah jam 08.30!

Gue hari ini ada kelas, ya Tuhan!

Akhirnya gue buru-buru berlari ke kamar mandi dan mandi secepat mungkin. Gue hanya memakai riasan tipis lalu segera berlari ke luar.

Lagi pula kenapa Bani gak jemput gue, sih! Dia ke mana?

Gue pun memeriksa ponsel dan melihat ada pesan masuk sekitar dua jam yang lalu kalau Bani tidak bisa menjemput gue karena harus mengantar Mama Nisa ke lokasi syuting.

Ahh, sial! Mungkin hari ini adalah hari tersialnya gue.

Gue berdiri di teras rumah sambil menunggu ojek online. Ini ke mana sih tukang ojek! Kok malah lama banget kayak siput!

Gue ada kelas jam 9, dan gue bisa telat kalau belum berangkat juga sekarang.

"Kamu belum berangkat?"

Gue sedikit tersentak begitu mendengar suara seseorang. Suara Mama yang mulai mendekati gue.

Gue hanya memutar bola mata malas lalu sibuk memainkan ponsel, menggeser-geser beranda di instagram.

"Mama antar kamu ke kampus, ya," seru Mama menawarkan.

Gue hanya diam saja, tak menggubris ucapannya sama sekali.

"Kamu masih marah sama Mama?" tanya Mama.

Gue tetap diam. Enggan untuk menjawabnya.

"Kemarin juga kamu gak nengok Mama di rumah sakit. Sampai kapan kamu mau marah kayak gini, Yoona."

Gue melihat ojek online yang tadi di pesan pun datang. Lalu gue menoleh menatap Mama. "Sampai Mama berubah, sampai Mama gak kecewain aku dan Justin. Aku bakal berhenti marah."

***

Gue sukses ditertawakan Mahesa dan Sebastian begitu melihat gue telat masuk kelas. Gue hanya menghela napas pasrah. Dosen mata kuliah Statistika Struktur ini memang selalu konsisten terhadap waktu. Dia hanya mentolerir mahasiswanya boleh telat kurang dari lima belas menit. Selebihnya, mahasiswanya boleh masuk mengikuti kelasnya namun tidak akan mendapat absen.

Dan sialnya gue tadi telat delapan belas menit. Dan alhasil, hari ini gue tidak dapat absen

Mahesa dan Sebastian yang duduk di belakang gue langsung cekikikan geli sambil menendang-nendang kursi gue.

Gue mendesis sambil melotot menatapnya.

Ini mereka berdua merasa terhibur kali, ya melihat gue telat seperti ini.

"Lo dari mana, elaaah... Tumben-tumbenan telat gitu," bisik Mahesa di telinga gue.

"Lo dandan buru-buru, ya. Blush on lo kemerahan tuh," timbrung Sebastian.

Otomatis gue langsung meraih ponsel dan berkaca di layarnya. Seketika itu juga, gendang telinga gue seakan mau pecah begitu mendengar ocehan dari dosen.

"Yoona! Tolong, ya. Saya tengah menjelaskan. Berani sekali kamu bermain ponsel!"

Gue langsung menurunkan ponsel sambil memejamkan mata. Sial! Sebastian berani sekali mengerjai gue!

"Maaf, Bu," seru gue pelan. Dan akhirnya, dosen itu hanya menatap sinis lalu kembali menjelaskan.

Gue melirik sinis ke arah Sebastian dan mahesa yang tengah menahan tawa.

Ya Tuhan! Kenapa gue harus berteman sama mereka.

Gue mendesis sambil memukul kepala Sebastian dengan buku. "Diem lo, Baskom!"

***

Gue membereskan buku dan memasukkannya ke dalam tas. Lalu segera meraih ponsel dan melakukan panggilan telepon ke seseorang.

Lihat selengkapnya