Memoria

Fiha Ainun
Chapter #16

Tentang Salah

Setelah pertengkaran dengan Bani tadi sore, baik Bani maupun gue belum ada yang mencoba saling menghubungi. Mungkin kami berdua memang butuh waktu. Terlebih gue sudah dengan tidak sengajanya mengungkapkan berbagai keluhan tentang hubungan ini pada Bani.

Sebenarnya gue merasa salah, tapi mau bagaimana lagi toh nasi sudah menjadi bubur, Bani sudah tahu segalanya. Sudah tahu kalau gue tak menyukai Kia.

Gue berangkat ke kampus dengan diantar Justin. Sekolahnya sedang libur, katanya para guru-guru tengah mengadakan rapat.

"Kakak mau aku jemput gak?" tanyanya begitu kami sampai di parkiran.

Gue menggeleng sambil membuka helm dan menyerahkannya pada Justin. "Gak usah. Gue balik nebeng sama Mahesa aja."

"Emangnya gak dijemput Kak Bani?"

Hening. Gue hanya bisa diam mendengar pertanyaan Justin. Kenapa gue harus pulang bareng Bani, sementara keberadaan dia sekarang pun tak gue ketahui.

Akhirnya gue hanya bisa menjawab dengan senyuman. "Kakak duluan, ya."

Gue langsung bergegas pergi meninggalkan Justin, membiarkan Justin bertanya-tanya kenapa gue mengalihkan pembicaraan tadi.

"Dor!"

Gue berjingkat kaget begitu Mahesa mengagetkan gue.

Gue pun langsung menepuk pundaknya dengan keras. "Bisa gak sih gak usah ngagetin?!"

Mahesa hanya cengengesan. "Sorry deh, sorry...."

Gue mendengus dan berjalan meninggalkan dia. Dia pun segera menyusul langkah gue.

"Lo baru dateng nih?" tanyanya basa-basi.

Gue mendelik. "Menurut lo?"

Dia tertawa. "Baru dateng, sih. Hehehe."

Gue mendesis. "Malah ketawa."

"Ah salah mulu," sinis Mahesa.

Mahesa akhirnya diam, dan kami berjalan ke arah kelas dengan hening. Namun, sebelum gue dan Mahesa masuk ke dalam kelas, pandangan gue tertuju pada seseorang yang berdiri agak jauh dari kelas gue.

Gue mendadak berhenti berjalan. Badan gue seakan kaku, dan hati gue jadi makin memanas.

Dia tak berdiri sendirian. Dia dengan seorang gadis.

Iya, dia. Bani, yang berdiri dengan Kia.

Gue tak tahu apa yang mereka bicarakan. Tapi, satu hal yang langsung muncul di pikiran gue.

Apa Bani sejak kemarin tak memikirkan gue?

Bani jelas tahu, alasan di balik pertengkaran kami salah satunya adalah Kia. Tapi kenapa sekarang dia justru bersama gadis itu? Dan gue dengan jelas malah melihatnya.

Apa dia sejak kemarin tak memedulikan ucapan gue?

Gue lihat Bani mulai mengetahui keberadaan gue. Dan ketika Bani menatap gue, gue langsung membuang muka dan memilih langsung masuk ke kelas.

Lihat selengkapnya