Memoria

Fiha Ainun
Chapter #18

Tentang Kata Maaf

Mungkin sekitar tiga hari ini gue sudah tak bertemu Bani. Bahkan hubungan kami bisa dikatakan belum baik-baik saja hingga saat ini. Gue hanya menjalani rutinitas seperti biasa, pergi ke kampus dan memilih langsung pulang begitu kelas sudah selesai.

Tapi hari ini gue justru harus mengerjakan tugas kelompok, akhirnya gue harus pergi ke rumah Sebastian dulu untuk mengerjakan tugasnya.

Tugas kelompok ini terdiri dari tiga orang. Dan sialnya gue harus satu kelompok dengan Sebastian dan Mahesa lagi. Kenapa sih gue harus sekelompok sama mereka terus?!

"Sai! Lo yang tulis makalah, Gempal yang bikin ppt, gue yang tidur!" Sebastian langsung tertawa sambil memegangi perutnya.

Memangnya ada yang lucu, kah?

Gue dan Mahesa hanya menatapnya sinis.

Gue pun langsung fokus ke arah laptop. "Tinggal bikin halaman judul. Nama kelompok harus gue yang ditulis pertama, terus kedua Gempal. Ketiga... Eh gak ada, ya? Kita cuma berdua, ya kelompoknya?" sindir gue pada Sebastian.

Mahesa yang mendengarkan langsung menahan tawa, sementara Sebastian langsung bangkit dari tidurnya dan menatap gue sinis.

Dia pun akhirnya mendekat dan mencolek lengan Mahesa. "Gue ngerjain yang mana?"

Mahesa menatap Sebastian. "Gak usah. Lo mah tidur aja. Kita satu kelompok berdua juga gak papa kok," ledek Mahesa dan langsung dihadiahi tarikan di telinganya.

Gue melirik mereka berdua dan langsung tertawa. "Ini udah nih, tinggal di print."

Dan Sebastian langsung mendekat ke arah gue. "Kalo gitu, tinggal gue yang tugas nge-printnya. Oke? Tapi cantumin dulu nama gue di situ."

Sebastian langsung mengambil alih laptop yang ada di genggaman gue. Dan dia langsung melotot garang begitu namanya belum gue cantumkan di sana.

Gue tertawa lebar dan dihadiahi jambakan di rambut oleh Sebastian. Gue mengerang dan menyuruh Mahesa menjambak rambut Sebastian juga.

Mahesa pun menurut. Dia langsung menjambak rambut Sebastian dengan kedua tangan, membuat pria itu jadi mengerang dan refleks tangannya semakin menjambak rambut gue.

Gue yang kaget karena merasakan sakit yang berlebih langsung menggigit tangan kiri Mahesa yang dekat dengan mulut gue.

Mahesa pun langsung mengerang kesakitan. Dia melotot dan beralih menjambak rambut gue, hingga posisi dua pria itu kini berada di atas kepala gue.

Gue mengerang sambil terus menggigit tangan Mahesa, sementara Mahesa sudah merasa kesakitan tangannya digigit dan dia jadi semakin kencang menjambak rambut gue.

Sebastian yang tadi menjambak rambut gue buru-buru mengambil ponsel dan segera mengabadikan moment ini dengan video. Namun bodohnya Sebastian masih mengaktifkan fitur blitz di kameranya, hingga membuat gue dan Mahesa langsung menyadari ulah jail Sebastian.

Melihat Sebastian yang mulai merekam kami, gue langsung melepaskan tangan Mahesa dari mulut gue, begitupun Mahesa langsung menarik tangannya agar tak menjambak gue lagi.

Dan gue langsung bangkit mengejar Sebastian, membuat Mahesa ikut berlari juga.

Dan terjadilah aksi saling kejar-kejaran di antara kami. Ketika Mahesa berhasil menangkap tubuh Sebastian, dia pun langsung memiting kepalanya, dan memberikan sedikit jambakan pada rambut panjangnya itu.

Lihat selengkapnya