Memoria

Fiha Ainun
Chapter #20

Tentang Luka

Gue pulang ke rumah sekitar pukul delapan malam, karena tadi mampir sebentar di rumah Mahesa.

Dan seperti biasa keadaan di rumah sangat sepi, dan gue sudah tentu tahu ke mana perginya semua orang di sini.

Gue pun memilih untuk ke dapur mengambil minum. Gue meletakkan tas ke atas meja dan segera meneguk sebotol air mineral yang tadi baru saja diambil dari lemari es.

Saat tengah meminum air, gue sedikit dikejutkan dengan suara dering ponsel yang ada di dalam tas, dan gue langsung merogoh tas mengambil ponsel. Namun gue justru dibuat tersedak air ketika melihat siapa penelepon itu.

Dia adalah Bani.

Apakah benar saat ini yang tengah menghubungi gue itu, Bani?

Tanpa ragu, gue pun segera mengangkatnya.

"Hallo?"

Hening sebentar, hanya ada suara gemerisik hujan dari sana.

"Hallo, Bani?" Gue memanggilnya lagi.

Gue mengeryit bingung karena tak ada jawaban apapun dari Bani. Dan sebelum gue mematikan panggilan telepon, pergerakan tangan gue kembali terhenti begitu suara Bani sudah terdengar dari sana.

"Kenapa kamu gak kasih tau kalau Mama kamu dirawat di rumah sakit?"

Gue sukses dibuat menegang.

Apa-apaan ini? Bani tahu dari mana kalau Mama masuk rumah sakit?

"Kenapa kamu gak bilang apa-apa sama aku?"

Gue memejamkan mata, lalu memijit pelipis karena bingung harus menjawab apa.

"Kamu tahu dari mana, Bani?"

"Justin. Aku yang tanya ke dia kenapa kemarin kamu dan dia bertengkar sampai segitunya. Dan dia bilang itu karena kamu gak mau jengut Mama kamu di rumah sakit. Kenapa, Yoona? Kenapa kamu jadi kayak gini?"

Gue menghela napas panjang sambil menggigit bibir bawah. "Sekarang kamu di mana?"

"Aku di rumah sakit. Jenguk orang tua yang gak pernah dirawat oleh anaknya sendiri."

Setelah itu Bani langsung mematikan panggilan. Gue yakin dia memang kecewa. Terlebih ketika gue sangat bersikap sopan dan baik pada orang tuanya, tapi pada orang tua sendiri sikap gue malah berkebalikannya.

Tapi tentunya gue punya alasan tertentu kenapa gue jadi seperti ini.

Gue pun berakhir mondar-mandir di area dapur, bingung harus berbuat apa. Gue menggigiti kuku dengan gelisah.

Lihat selengkapnya