Memoria

Fiha Ainun
Chapter #26

Tentang Pergi

Semalaman gue tak bisa tidur. Semuanya masih terasa seperti mimpi. Apa benar hubungan gue dan Bani sudah berakhir? Kenapa jadi segampang ini?

Nggak! Gue belum bisa terima. Gue harus segera mendapat penjelasan dari Bani kembali.

Bani tidak bisa begitu saja meninggalkan gue, setelah membuat perasaan gue jatuh sejatuh-jatuhnya pada dia.

Akhirnya gue memilih segera membersihkan diri, bersiap-siap untuk menemui Bani. Kemarin Bani bilang dia tak masuk kuliah, makanya gue memilih untuk ke rumahnya saja. Dia memang sudah beberapa minggu ini tak tinggal di rumah indekostnya.

Setelah memberikan sedikit polesan liptint pada bibir, gue segera meraih tas dan bergegas pergi. Gue langsung pergi ke rumah Bani dengan membawa mobil sendiri.

Setelah sampai di rumah Bani, gue menatap sekeliling yang terlihat sangat sepi. Akhirnya gue memilih membunyikan bel di rumah Bani, berharap ada seseorang yang keluar dari sana. Namun berkali-kali gue membunyikan bel itu tak kunjung ada jawaban juga. Sepertinya dirumah Bani tak ada siapa-siapa.

Papa Bram sudah pasti ada di kantor, dan Mama Nisa barangkali ada di lokasi syuting. Tapi Bani? Dia ke mana?

Gue jadi bingung sendiri. Apa Bani berada di kampus? Tapi dia bilang, dia tak akan masuk kuliah. Lalu, dia pergi ke mana?

Gue jadi bingung harus bertanya pada siapa. Akhirnya gue memilih untuk menelepon Bani, namun justru nomornya malah tidak aktif.

Ahh... Di mana Bani? Gue harus mencarinya ke mana lagi?

Gue harus bertanya pada siapa? Gue sama sekali tak mengenal teman-teman Bani.

Akhirnya setelah berpikir sejenak, gue memilih membuka grup chat Himpunan Mahasiswa Mesin, dan mencari sebuah nomor di sana.

Hanya sampai dering ke tiga, seseorang di sana langsung mengangkat teleponnya.

"Halo?"

Gue menarik napas. "Halo, Kak angga? Ini Yoona."

Hening sebentar, sebelum suara Kak Angga terdengar kembali. "Oh, Yoona. Tumben nih nelpon. Kenapa?"

Gue berdeham. "Maaf nih sebelumnya aku udah ganggu, Kak. Tapi aku mau tanya sesuatu."

"Santai aja, silahkan mau tanya apa?"

Gue menggigiti kuku dengan ragu. "Kak Angga lagi sama Bani gak?"

"Bani?" ulangnya seperti sedang bingung. "Nggak nih. Gue di basecamp tapi disini nggak ada Bani. Kamu lagi nyari Bani?"

"Iya, Kak."

"Bentar deh, gue tanya ke temen sekelasnya Bani."

Dan setelah itu hanya terdengar gemerisik suara, dan samar-samar gue masih mendengar suara Kak Angga yang bertanya pada seseorang.

Lihat selengkapnya