Memoria

Fiha Ainun
Chapter #27

Tentang Perpisahan

Semuanya masih terasa seperti mimpi, sebuah mimpi buruk ketika menjalin hubungan yang kembali berakhir dengan perpisahan.

Seandainya saja...

Seandainya saja jika Kia berumur panjang, mungkin takkan ada yang merasa sakit.

Seandainya saja waktu itu gue tak pernah mempermasalahkan kedekatan antara Kia dan Bani, mungkin takkan ada yang merasa sakit.

Seandainya saja gue tak pernah bertemu Yasha lagi, mungkin takkan ada yang merasa sakit.

Seandainya saja...

Seandainya saja gue tak pernah jalin hubungan dengan Bani, mungkin sekarang takkan ada yang merasa sakit.

Seandainya saja gue tak pernah mengenal Bani, mungkin di antara kami akan baik-baik saja.

Semuanya hanya akan berakhir dengan seandainya.

Seandainya saja.

***

"Gue nyontek tugas Matematika Teknik, Jiiirr... semalem ketiduran nih, lupa ngerjain tugas." Sebastian langsung heboh begitu masuk ke kelas.

Gue hanya memutar bola mata, malas. "Ketiduran kok tiap ada tugas, ya? Kalo gak ada tugas sih sibuk main mobile legend!"

Sebastian mendesis. "Emang dasarnya lo pelit aja! Kayak gak pernah nyontek ke gue, lo!"

Gue melotot. "Idih! Siapa yang pernah nyontek ke elo! Yang ada bikin nilai gue anjlok!"

"Berisik deh, ah!" Mahesa menengahi. "Masih pagi juga cocotnya udah berkoar mulu."

"Bacot lo!" seru gue dan Sebastian berbarengan, membuat Mahesa refleks langsung melempar buku ke arah kami berdua.

Hening sebentar, sebelum akhirnya Mahesa menarik kursi di sebelah gue dan langsung duduk.

"Lo... gak ada rencana mau kencan gitu?" tanya Mahesa.

Sebastian yang tadi masih fokus menyalin tugas langsung tersedak.

"Jiirr! Ada angin apa lo nanya kayak gitu?" tanya Sebastian, sementara gue hanya menatap malas pada mereka karena enggan untuk membahas ini.

"Ya gue nanya aja kali. Emangnya salah!" elak Mahesa.

Sebastian menyelidik. "Jangan-jangan lo suka sama si Sai, ya? Lo ngarepin, kan kencan sama Sai? Ngaku lo! Hayo ngaku!" Sebastian langsung menunjuk ke arah Mahesa dengan bolpointnya.

Mahesa yang mendengarnya langsung menjitak kepala Sebastian. "Ngaco lo, ngaco!"

Lihat selengkapnya