"Lo yakin mau dateng ke wisudanya Bani?" tanya Mahesa.
Saat ini Mahesa dan Sebastian memang sudah ada di rumah gue, tepatnya berada di kamar gue.
Gue yang masih sibuk memasang anting hanya menoleh sedikit. "Iya."
"Emangnya si Bani gak papa kalo lo dateng?" tanya Mahesa lagi.
"Dulu gue udah pernah janji buat hadir di acara wisudanya dia."
"Tapi, Yoona..." Mahesa mengeluh. "Sekarang kan keadaannya udah beda. Bani sama lo udah gak kayak dulu lagi."
Gue mengembuskan napas. "Mau beda atau nggak. Janji, ya tetap janji. Harus gue tepati."
Dan ketika Mahesa ingin menjawab lagi ucapan gue, dia langsung dicegah oleh Sebastian.
"Udah sih biarin aja. Terserah maunya dia gimana," seru Sebastian.
Setelah dirasa penampilan gue sudah sempurna, akhirnya gue berbalik sambil meraih tas dan sebuket bunga yang Mahesa pesan sebelum datang ke sini.
"Yuk berangkat."
***
Ketika tiba di tempat acara wisuda, gue langsung duduk di salah satu kursi yang ada di paling belakang, diikuti Mahesa dan Sebastian juga.
Gue memang tak mau Bani melihat gue dulu, biarlah nanti ketika acara sudah selesai, baru gue menemui lagi.
Mata gue sedikit mengedar mencari keberadaan Bani, namun karena terlalu banyak orang, gue jadi kesulitan mencarinya.
Acara sudah berjalan sekitar satu jam yang lalu, dan kali ini saatnya pengumuman mahasiswa yang lulus dengan predikat cumlaude. Dan gue tahu, Bani jadi salah satunya.
Dan ketika nama Bani disebut, gue langsung memfokuskan mata melihat ke depan, dan mulai melihat tubuh Bani yang berjalan untuk bergabung dengan Mahasiswa cumlaude lainnya.
Gue memandang Bani tanpa berkedip, membuat Mahesa yang duduk di sebelah langsung menyenggol pelan lengan gue.
"Lo gak papa?" tanya Mahesa. Gue tahu sejak di rumah pun Mahesa sebenarnya sudah khawatir.
Gue tersenyum tipis. "Gue gak papa."
Ketika acara sudah selesai, barulah semua orang mulai bergerombol untuk keluar gedung, ada yang masih di dalam juga untuk melakukan sesi foto.
Dan tepat ketika di dalam gedung sudah mulai sepi, barulah gue memberanikan diri untuk mendekati Bani yang tengah mengobrol dengan kedua orang tuanya.
Gue menarik napas panjang sebelum melangkah pergi, tentunya Sebastian dan Mahesa juga mengikuti gue.
Ketika gue mulai melangkah mendekat, orang pertama yang mengetahui keberadaan gue adalah Mama Nisa. Dia terlihat sumringah dan langsung menyerukan nama gue, membuat Bani dan Papa Bram ikut menoleh menatap gue.
"Yoona!" Mama Nisa berseru sambil melangkah mendekati gue.
Gue tersenyum, lalu mulai menyalami Mama Nisa dan memeluknya.