Andrew di kampus tidak sengaja bertemu dengan adik kelasnya. Seorang siswi tahun pertama fakultas seni, bernama Lisa. Andrew pernah sekali bertemu dengannya saat di acara ulang tahun teman kelasnya beberapa bulan yang lalu.
Andrew hanya tersenyum melihat Lisa dan langsung pergi. Tetapi, Lisa menahan tangan Andrew untuk mengajaknya mengobrol. Lisa bertanya pada Andrew tentang pelajaran jurusan arsitektur. Terlihat dari wajah Andrew kalau dia tidak mau meladeni Lisa. Dia menjawab setiap pertanyaan dengan singkat. Namun, Lisa tidak berhenti untuk bertanya.
Charles mencari Andrew keliling kampus. Sampai dia melihat Andrew dengan Lisa di koridor. Charles menghampiri Andrew. Melihat Charles, Andrew tahu kalau cahaya penyelamatan telah datang. Lisa yang melihat Charles datang sama sekali tidak memedulikannya.
“Charles, ayo kit--” ucapan Charles yang terpotong oleh Lisa.
“Kak Andrew, bagaimana kalau nanti kau yang mengajarku,” sambung Lisa cepat.
“Andrew, lihat ak--” terpotong oleh Lisa lagi.
“Kak Andrew, bagaimana tentang ujian tahun ke-3? Apa lebih susah?” tanya Lisa lagi.
“WOI! Aku juga ingin bicara dengan temanku. Siapa sih kau ini? Bertanya tanpa jeda. Tanya saja pada Profesor. Temanku ini juga tidak pintar. Nilai saja pas-pasan. Pergi sana!” kata Charles dengan nada tinggi. Charles juga mendorong Lisa untuk menyuruhnya pergi.
“Char, An, ayo pulang. Kelasku sudah selesai,” ajak Rin yang entah datang dari mana.
“Oke, ayo pulang,” jawab Andrew.
Mereka bertiga meninggalkan Lisa begitu saja. Sebelum pergi Charles memberikan senyuman sinis pada Lisa. Lisa mengerutkan keningnya dan ekspresi wajah yang kesal melihat Charles. Lalu dia pergi.
Sebelum pulang Charles mengajak mereka untuk mampir ke toko buku, mencari referensi untuk tugas kuliah Charles. Rin dan Andrew berkeliling selagi menunggu Charles mendapatkan bukunya. Melihat buku-buku, Rin baru teringat dengan buku dongeng yang ia pinjam dari perpustakaan. Dia menunjukkan buku itu pada Andrew. “An, lihat. Aku menemukan buku ini di perpustakaan. Aku suka membacanya, tapi sayang buku ini hampir rusak,” kata Rin. Andrew melihat buku itu, wajahnya terlihat kalau dirinya sering melihat buku tersebut. Andrew mengolok-olok Rin karena suka membaca buku dongeng anak-anak. Sementara Rin sudah dewasa. Rin membalas, “Terkadang buku untuk anak-anak lebih menyenangkan daripada buku untuk orang dewasa.” Andrew tertawa mendengar ucapan Rin dan malah semakin mengolok-olok Rin.