Emma menemani Kevin yang berbelanja di toko buku. Banyak orang bertanya-tanya apa hubungan antara Kevin dan Emma. Mereka selalu dekat berdua. Emma yang menemani Kevin latihan basket, bersorak di setiap pertandingan, selalu membawa minum saat haus, selalu ada saat Kevin membutuhkan. Bagaimana dengan Kevin? Apa melakukan hal yang sama seperti yang Emma lakukan? Jawabannya adalah….
Kevin mengajak Emma untuk makan malam di sebuah restoran. Bukan restoran yang mewah, tapi restoran bernuansa modern dan memiliki makanan klasik Indonesia.
“Mau makan apa? Sistemnya prasmanan, bisa ambil sendiri,” kata Kevin.
“Aku mau makan khas bandung. Cuanki,” sahut Emma.
“Hah! Gak ada cuanki di sini Emma. Yang lain saja,” pinta Kevin.
Emma tertawa melihat ekspresi wajah Kevin yang benar-benar terlihat terkejut mendengar keinginan Emma untuk makan cuanki. “Kok malah ketawa si. Kenapa tertawa?” tanya Kevin.
“Lihat kamu. Terkejut sekali. Hahahahahaha … makan apa saja boleh. Aku ikut saja,” ucap Emma yang masih terus tertawa.
Akhirnya selesai memilih makanan, mereka memilih tempat duduk yang outdoor. Makan malam sambil menikmati angin malam, sekaligus pemandangan malam yang gelap karena cuaca yang mendung.
“Vin, ini coba. Namanya peyek. Rasanya enak. Aku suka yang pakai kacang tanah seperti ini.” Menyuapi peyek pada Kevin.
“Enak, lumayan.” Masih mengunyah peyek.
“Tadi enak. Sekarang lumayan. Apa si jawaban benarnya?”
“Enak lah.”
Selesai makan mereka duduk sebentar membahas kuliah dan kegiatan untuk besok. Emma mengajak Kevin untuk berbelanja bulanan bersamanya besok. Kevin membutuhkan waktu untuk menjawab Emma karena besok dia memiliki jadwal untuk latihan basket. “Kalau kau besok ada latihan, maka latihannya sendiri ya? Aku harus berbelanja. Habis itu mengerjakan tugas prof. Abraham,” kata Emma. Kevin mengangguk-anggukan kepalanya dan menarik tangan Emma mengajaknya pulang.
Dalam perjalanan. Kevin melihat Emma yang sibuk memainkan ponselnya. Terlihat dalam gerak-geriknya kalau Kevin ingin menanyakan sesuatu pada Emma, tapi dia sedikit tidak berani untuk menanyakannya.
“Emma!” panggil Kevin.
“Iya, ada apa?” Tanya Emma yang langsung menutup ponsel dan mengarahkan pandangannya pada Kevin.
“Cepat sekali gerakkanmu,” sahut Kevin yang sedikit gugup.
“Apanya yang cepat? Kau yang panggil. Ada apa?” Tanya Emma lagi.
“Apa rencanamu kedepannya?” tanya Kevin.
Mendengar pertanyaan Kevin. Emma mengerutkan jidatnya. Dia agak sedikit bingung dengan maksud dari pertanyaan Kevin. “Soal apa?” Tanya Emma kembali.
“Soal … itu … pokonya kedepannya,” sahut Kevin.
“Kalau soal kedepannya. Aku memiliki rencana untuk melanjutkan S2ku.”
“Di mana?”
“Aku berencana untuk melanjutkannya ke Praha. Tetapi, itu pun kalau beasiswaku di terima. Kalau tidak mungkin akan lanjutkan di Bandung. Sesuai seperti keinginan mamaku.”
“Kau pintar, bahasa inggris bisa, rajin dan tekun. Pasti di terima.”