Memories

Nany Parker
Chapter #30

Chapter 30: Dokter Billy Wijaya

Hari ini Rin berangkat ke Singapura bersama Charles, Andrew dan ayahnya. Tuan Jack sangat senang dapat menikmati liburan bersama Rin. Sudah lama mereka tidak menikmati waktu ayah dan anak bersama.

Sampai di bandara Singapura, Tuan Jack mengajak mereka semua untuk makan di salah satu restoran yang ada di Changi Airport. Saat makan Rin izin untuk ke toilet sebentar. Dalam toilet Rin melihat dirinya di kaca. Kemudian dia mengeluarkan sebuah dokumen dari tasnya. Itu adalah dokumen yang ia lihat di gudang rumahnya. Tentang penyakit skizofernia atas nama pasien dirinya sendiri.

Sewaktu keluar dari toilet, Rin bertanya pada salah satu pelayan di restoran. Rin menyebutkan nama salah satu rumah sakit swasta yang ada di Singapura dan menanyakan di mana alamat rumah sakit tersebut. Pelayan tersebut memberitahu kalau rumah sakit tersebut letaknya tidak jauh dari Changi Airport.

Rin kembali lagi ke meja makan dengan wajah yang biasa saja. Selesai makan, Tuan Jack mengajak mereka untuk segera menuju ke tempat tinggal mereka selama di Singapura. Mereka bertiga akan tinggal di rumah ayah Rin.

Turun dari mobil, Rin melihat sekeliling. “Rumah Papa cantik dan nyaman. Rin suka,” kata Rin.

“Ini rumah Nenek. Bukan rumah Papamu,” jawab seorang nenek yang keluar dari rumah.

“Nenek Salma!” panggil Rin.

Nenek Salma adalah nenek Rin dari ayahnya. Rin dari dulu sudah terbiasa dengan memanggilnya dengan sebutan nenek Salma untuk membedakan antara nenek dari ayah dan dari ibunya.

“Apa kabar cucu Nenek sayang?”

“Baik Nenek. Oh iya, Nek, kenalkan ini Charles, nenek pasti sudah tahu dan ini Andrew, pacar Rin.”

“Apa! Cucu Nenek sudah bisa pacaran … memang cantik cucu Nenek ini sampai sudah ada pacar sekarang..”

Rin tertawa mendengar perkataan neneknya. Andrew sendiri jadi malu-malu karena di pandangi terus oleh nenek Salma.

Sore hari Andrew mengajak Rin untuk duduk di ayunan depan rumah neneknya. Andrew duduk di ayunan dan Rin yang mendorong ayunannya pelan.

"Rin, nanti mau magang di mana?”

“Belum tahu. Kenapa?”

“Tidak. Mau tahu saja.”

Rin memberhentikan ayunannya dan dia memeluk Andrew dari belakang. Dari belakang, Rin mendekatkan bibirnya ke telinga Andrew dan membisikkan, “Magang di mana saja boleh. Asal aku bisa bersama pacarku.” Andrew tersenyum mendengar ucapan Rin. Dia berdiri dari ayunan dan berbalik dan menarik Rin dalam pelukannya.

Malam hari mereka semua mengadakan acara BBQ bersama. Mereka sangat senang bisa menikmati waktu bersama. Namun, sayangnya Rin tidak bisa bertemu dengan kakeknya. “Nek, kenapa kakek ke Thailand?” tanya Rin yang sedang menyantap cumi bakar.

“Teman kakekmu yang sering bermain biduk denganya mengajak liburan. Nenek pikir kasihan juga kakekmu sudah tua harus di kurung di sini. Jadi, Nenek memberi izin untuk pergi.”

“Wihhh romantis kali Nenek dan kakek,” ledek Charles yang tersenyum lebar sambil main mata dengan neneknya.

Rin sibuk menyuapi Andrew dan ayahnya. Sementara Charles dan nenek sibuk memanggang daging. “Aku capek dan panas memanggang daging. Mereka malah suap-suapan. Sial,” gerutu Charles.

“Ini sosis bakar. Dari pada iri. Nenek saja yang suapi,” sahut nenek yang menyodorkan sosis.

“Halah, biasanya saja tidak cemburu,” sambung Rin yang datang mau membantu memanggang.

“Iya, tumben bisa cemburu,” sahut Andrew.

Lihat selengkapnya