Sepanjang perjalanan menuju tempat mereka membuat janji dengan pemilik ruko Arya fokus dengan jalan yang ramai lalu lalang kendaraan dan sesekali melirik Mel yang saat itu sedang asyik memainkan ponsel ditangannya.
Mel menyadari tingkah Arya tapi hanya mengabaikannya dan tetap fokus pada ponsel ditangannya. Karena tingkah Arya membuatnya tidak nyaman, akhirnya dia membuka suara untuk menghentikan Arya.
"Jangan lirik-lirik nanti jatuh cinta lo sama aku" ucap Mel yang sadar dengan kelakuan Arya namun masih saja fokus dengan ponsel ditangannya.
"Ahhhh...... Aku ketahuan" ucap Arya dengan nada candaan menyesal diiringi senyum nakalnya dan memalingkan wajah melihat arah jalan di depannya yang tengah padat kendaraan dilampu merah.
Pagi hari kota Jakarta memang selalu ramai kendaraan. Mobil dan motor saling beradu klakson untuk membelah kemacetan. Hari kerja memang membuat semua orang selalu terburu-buru agar tidak terlambat masuk kantor.
Lalu lintas padat merayap membuat mobil berjalan lambat dan sepeda motor yang saling menyalip tidak mau mengalah menggambarkan sibuknya kota metropolitan dipagi hari.
Mel hanya tersenyum dengan tetap fokus pada ponsel ditangannya. Entah apa yang sedang dilakukan Mel dengan ponselnya. Dia hanya melihat-lihat desain baju untuk inspirasi koleksi baju dibutiknya. Meski terlihat fokus dengan layar ponselnya namun pikiran Mel tidak berada diponsel yang dia pegang saat ini. Justru Mel sedang memperhatikan Arya yang saat itu terus saja membuatnya salah tingkah.
Meski Mel dan Arya sudah berteman lama namun Mel selalu saja merasa tidak nyaman ketika Arya memandangnya dengan intens. Mel merasa malu dan salah tingkah saat Arya memperhatikannya. Rasa malu itu datang karena Mel takut ketahuan jika wajahnya merona dan jantungnya berdetak tak terkendali ketika Arya menatapnya.
Akhirnya Mel buka suara untuk mengucapkan apa yang ditahan untuk memecah keheningan dan menenangkan diri dari salah tingkah yang ditimbulkan tatapan Arya.
"Ar.. Masih jauh ?" tanya Mel yang terlihat bosan dengan perjalanan mereka. Kali ini pandangannya beralih pada jalan dihadapannya.
"Enggak, tu di depan" Arya menunjuk sebuah ruko dipusat perbelanjaan yang tidak jauh dari tempat mereka berada saat ini. Arya memarkirkan kendaraan ditempat parkir yang tersedia di depan wilayah pertokoan. Lapangan parkirnya sangat luas dan begitu bersih. Arya menarik rem tangan dan keluar dari mobilnya bersama Mel yang juga keluar dari mobil Arya dan berjalan menuju ruko yang akan mereka beli.
Mereka berjalan dipinggiran depan ruko-ruko yang berderet untuk menuju ruko yang akan mereka beli. Saat itu banyak pengunjung yang lalu lalang keluar masuk ruko. Ada yang berjalan santai membawa beberapa kantong belanjaan, ada juga yang sekedar duduk santai dikursi yang ada disepanjang jalan. Suasana pusat perbelanjaan ini sangat nyaman dan bersih yang pastinya juga aman karena sepanjang jalan banyak satpam keamanan yang lalu lalang diwilayah ini.
Ruko yang akan mereka beli berada dipusat perbelanjaan kota. Pusat perbelanjaan ini bukan mall yang ada didalam gedung yang besar. Tapi tempat ini berada dipinggir jalan seperti Myeongdong Shopping Street di Seoul Korea. Ruko berjajar rapi dengan dinding kaca disepanjang jalan memperlihatkan berbagai barang yang ditawarkan seperti baju, sepatu, produk kecantikan, tas dan lain sebagainya dengan brand-brand terkenal. Tempat ini seperti surga bagi para penikmat barang mewah. Meski tempatnya berkelas namun tidak semua barang yang ada ditempat ini dibandrol dengan harga yang tinggi. Barang-barang yang dijual disini ada juga yang ramah dikantong dengan kualitas yang tentu saja sangat bagus.
Bukan hal yang sulit bagi Arya untuk mendapatkan tempat disini meskipun bukan sembarang orang bisa mendapatkan tempat disini. Tempat ini hanya ditawarkan kepada orang-orang kalangan atas karena harga jual atau sewa tempat ini sangat mahal. Tempat ini dibandrol dengan harga mahal karena letaknya yang sangat strategis dan berada dipusat kota Jakarta dengan lokasi yang nyaman untuk berbelanja karena kualitas keamanan ditempat ini tidak main-main. Hal ini sesuai dengan harga yang ditawarkan selangit karena memang tempat ini adalah surga bagi para pelancong atau orang-orang yang hobi belanja. Selain tempat yang yang strategis berada dipusat kota kawasan ini juga memiliki tempat wisata kuliner yang lengkap mulai dari jajanan lokal dari berbagai daerah di Indonesia.
Arya dan Mel memasuki sebuah ruko berdinding kaca. Disana sudah ada seorang pria paru baya dan seorang wanita muda cantik yang telah menunggu kedatangan mereka berdua. Mel dan Arya segera menghampiri pria tersebut dan membungkukkan badan untuk memberi hormat.
"Selamat pagi pak" sapa Arya dengan mengulurkan tangannya yang disambut tangan oleh pria paru baya itu.
"Selamat pagi pak Arya" pria tersebut membalas jabatan tangan Arya dengan senyum ramah. Orang ini sangat berwibawa dan juga terlihat bukan seperti pria biasa. Jas hitam dan baju yang dikenakan milik brand kenamaan dari Paris. Sepatu hitam mengkilat yang pasti debu akan minder untuk singgah juga dari brand terkenal. Meski umurnya sudah tidak muda lagi namun karisma pria paru baya ini tetap terpancar.
"Silahkan duduk pak Arya" pria tersebut menunjuk kursi yang ada dihadapannya. Arya dan Mel duduk dikursi bermeja bundar bersama pemilik ruko yang akan menjual rukonya tersebut.
Pemilik ruko ini memang bukan pria sembarangan. Dia adalah pemilik perusahaan KING PROPERTY. Jika perusahaan keluarga Arya terbesar di Asia Tenggara, perusahaan ini adalah yang terbesar di Asia.
Pria itu ditemani oleh sekretaris cantiknya dan dua pengawal berjas dan jelana bahan bewarna hitam. Tidak lupa kaca mata hitam yang bertengger diatas hidung memberikan kesan menakutkan dengan didukung badan mereka yang tampak berotot. Kedua pengawal itu tidak memberikan kesan ramah karena tidak menunjukkan senyum meski hanya sedikit. Berbeda dengan kedua pengawalnya justru majikan mereka dan sekretarisnya selalu menebar senyum ramah.
Pada awalnya ruko ini memang tidak dijual. Tetapi karena Arya yang berniat untuk membeli membuat pemiliknya berubah pikiran. Arya adalah pengusaha besar di Jakarta. Dia memiliki beberapa hotel yang ada cabang di Bandung, Bali, Sulawesi, Sumatera dan papua. Meski orang tuanya sangat sukses menjadi pengusaha property, namun Arya lebih memilih membangun bisnisnya sendiri dibidang pariwisata dan bisnis Arya tidak kalah sukses dari orang tuanya.
Saat ini Arya juga sedang membangun hotel dikawasan wisata kota Banyuwangi. Banyuwangi memiliki destinasi wisata alam yang sangat indah dengan potensi wisatawan yang akan datang juga banyak. Hal itu yang membuat Arya berpikir untuk membangun hotel dikawasan ini.
Arya memang orang yang sangat pintar melihat peluang. Tak heran dia bisa sesukses ini di usia muda. Belum lagi rekan bisnis yang ada dimana-mana membuatnya begitu muda mengakses apapun yang dia inginkan termasuk ruko ini. Pemilik ruko ini adalah pengusaha besar bergerak dibilang property dan dia juga merupakan salah satu rekan bisnis Arya. Karena sikapnya yang ramah dan juga baik kepada siapapun membuat Arya selalu mendapat tempat dihati para rekan bisnisnya.
"Bagaimana pak Arya ?" ucap pemilik ruko memulai pembicaraan setelah mereka menikmati secangkir kopi yang tersaji diatas meja.
"Semua saya serahkan kepada wanita cantik disebelah saya pak" ucap Arya dengan melirik Mel dan membuat Mel sedikit kesal karena malu tapi juga terdapat perasaan senang dengan pujian Arya. Sedangkan pemilik ruko hanya tertawa kecil melihat kelakuan Arya yang terus menggoda Mel. Sekretaris cantik disebelah pria itu juga tersenyum manis melihat dua sejoli dihadapannya. Wanita itu kemudian meletakkan map bewarna merah diatas meja. Map itu bersisi surat perjanjian jual beli.