Arya menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur berukuran king size dengan masih mengenakan kemeja lengan panjang yang ia kenakan saat pergi bersama Mel tadi.
Arya menekan-nekan kening menggunakan dua jari tangan kanannya. Saat ini Arya terlihat sangat lelah namun seperti ada yang mengganggu pikirannya. Bukan karena berkas yang harus dia periksa malam ini, namun ada hal lain yang dia pikirkan. Perlahan Arya menggapai ponsel yang berada disisi kanannya dan mulai menekan beberapa nomor diponselnya.
Arya bangkit dan duduk diatas ranjang dan mulai menempelkan ponsel ketelinganya. Setelah menunggu beberapa saat terdengar nada sambungan telefon dari balik ponselnya
******
Siang ini Mel telah berada didepan sebuah gedung pencakar langit yang dibagian atas gedung tertulis "KING PROPERTY" dengan ukuran yang lumayan besar. Nama identitas perusahaan ini tampak megah dilihat dari bawah. Ukurannya yang besar membuat orang dapat membacanya meski dari jauh. Megah dan juga kokok adalah gambaran awal ketika pertama kali melihat gedung pencakar langit ini. Mel sepertinya ragu untuk masuk. Dia hanya berdiri diseberang jalan dan memandang gedung itu dengan tatapan ragu. Dia menggigit-gigit jarinya yang dikepalkan. Dilihat dari gerak-geriknya yang aneh sepertinya dia ragu untuk masuk kedalam.
"Masuk gak ya ?" tanya Mel lebih kepada dirinya sendiri. "Ah... Sial.. Kenapa harus terjadi kepadaku ?" Mel tampak frustasi. Dia menghempaskan tangannya dengan penuh kekesalan.
Flash back on
Mel merebahkan badannya diatas ranjang besarnya. Rasa kantuk mulai datang setelah Mel membersihkan diri dan makan malam.
Baru saja matanya akan terpejam, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi nyaring yang membuatnya terkejut.
"siapa sih yang ganggu ? Gak bisa banget lihat orang seneng. Ahhh... Kenapa aku lupa mematikan ponselku ?" Mel masih mencari-cari dimana letak ponselnya dengan mata terpejam.
Tanpa melihat layar ponsel Mel mengangkat telepon dengan nada kesal.
"Hei.. Tidak bisakah besok saja menelfonnya ? Ini sudah malam dan saya ingin istirahat. Lagipula saya masih memikirkan tentang asuransi yang Anda tawarkan. Jika berminat saya pasti akan menghubungi Anda. Sudah jelaskan" ucap Mel dengan nada kesal karena tawaran asuransi.
"Selamat malam nyonya. Maaf kalau saya menganggu" Suara lelaki dengan nada rendah dan sopan dibalik ponsel Mel.
Mata Mel menjadi terbuka lebar mendengar siapa yang ada disambungan teleponnya. Dia baru sadar jika yang menelfonnya adalah pak Jason. Laki-laki paru baya yang baru saja ditemui tadi pagi.
"Pak Jason"
Mel dengan cepat bangkit dari tidurnya dan sangat bingung harus berkata apa. Dia hanya bisa diam menahan rasa malu atas perkataannya yang sangat tidak sopan.
"Maaf nyonya kalau saya menganggu istirahat Anda. Karena ini masih jam 8 malam saya pikir belum terlalu malam jika saya menghubungi Anda." Ucap pak Jason dengan sangat sopan. Nada bicaranya meyiratkan permohonan maaf yang mendalam karena telah menggangu malam-malam. Hal itu justru membuat Mel semakin tidak enak hati dan segera menjelaskan agar pak Jason tidak salah paham.
Sebelumnya Mel menoleh jam dinding bulat berwarna putih yang ada didinding kamarnya. Waktu masih menunjukkan pukul 19:50 wib. Mel memejamkan mata dan memukul kepalanya pelan dengan tangan kanan mengingat kebohongan yang telah dilakukan. Karena sangat lelah dia sampai tidak sadar kalau hari masih sangat sore.
"Em.. Itu.. Maaf pak Jason. Saya tidak tahu kalau Anda yang menelepon. Karena seharian ini banyak sekali telepon dari asuransi. Saya pikir tadi dari pihak asuransi. Maafkan saya pak." ucap Mel yang dengan sopan agar meyakinkan kalau dia tidak berbohong tentang perusahaan asuransi. Mel masih memejamkan mata menunggu jawaban dari pak Jason.
Seharian memang dia bersama Arya. Mel memang mendapat telepon dari perusahaan asuransi namun Mel tidak tertarik. Meski begitu pihak asuransi memaksa dengan tawaran yang diajukan dan Mel mengatakan akan menghubungi jika berubah pikiran agar mereka tidak memaksa lagi. Lalu setelah itu pihak asuransi pun tidak menghubunginya lagi. Setelah itu ponselnya hanya dianggurkan saja di dalam tasnya.
Pak Jason dengan sedikit tertawa kecil melanjutkan pembicaraan
"Begini nyonya, besok apakah Anda bisa datang ke kantor saya ? Karena Pak Arya telah mengurus semua dokumen dan surat kepemilikan Anda atas ruko yang Anda beli. Awalnya saya memberi tahu Pak Arya. Tapi karena beliau sibuk, jadi tidak bisa datang kemari untuk mengambilnya. Jadi saya langsung menghubungi Anda." Ucap pak Jason menjelaskan apa yang terjadi dengan nada santai dan terdengar sangat bersahabat.
"Oh.. Iya pak. Saya akan datang besok. Terimakasih banyak pak. Sekali lagi saya minta maaf atas sikap saya tadi." Mel mengucakan kata maaf dengan sangat tulus.
"Baiklah nyonya. Besok Anda bisa datang setelah jam istirahat dan nanti semua dokumen saya titipkan kepada sekretaris saya"
"Baik pak. Sekali lagi Terimakasih banyak" ucap Mel tulus.
"Bukan masalah nyonya. Sekali lagi saya mohon maaf telah mengganggu istirahat Anda."
"Ah... Tidak.. Tidak sama sekali pak. Justru saya yang minta maaf karena kurang sopan. Saya minta maaf pak"
"Baiklah nyonya. Selamat malam"
"Selamat malam" Mel mematikan sambung telefonnya dan langsung berbaring menutup wajahnya dengan bantal karena dia benar-benar merasa malu kepada pak Jason yang begitu baik. Bagaimana Mel tidak malu dengan sikapnya tadi. Pak Jason adalah pria terhormat dan sangat baik. Tapi dengan tidak sopannya Mel berucap dengan kesal. Mel tidak bisa membayangkan bagaimana jika besok dia harus bertemu dengan pak Jason. Apalagi Arya juga begitu dekat dengan pak Jason. Pasti suatu saat nanti dia akan bertemu meski itu kebetulan atau bukan.
"Ah... Bodoh... Bodoh banget sih Mel" Mel memukul-mukul kepalanya. Mel masih saja merutuki kebodohannya. Hal ini harus menjadi pelajaran bahwa kita harus melihat layar ponsel terlebih dahulu sebelum mengeluarkan suara.
Flash back off
"Ah...." Mel kembali memukul kepalanya mengingat kebodohannya tadi malam.
"Ah.. Pasti sangat memalukan kalau aku ketemu Pak Jason. Ya walaupun dokumen itu ada disekretarisnya, tapi bisa saja aku bertemu pak Jason" ucap Mel kepada dirinya sendiri. Dia menatap gedung dihadapannya dengan tatapan tegas dan mantap. Setelah menarik nafas dan mengeluarkannya perlahan Mel melangkah menuju gedung yang ada diseberang jalan.
"Selamat siang mbak" sapa Mel kepada petugas resepsionis. Petugas itu langsung berdiri dan memberi hormat kepada Mel.
"Iya bu. Ada yang bisa kamu bantu ?" jawab resepsionis dengan ramah dan senyum manis. KING PROPERTY memang perusahaan yang terkenal dengan pegawainya yang begitu ramah. Pantas saja perusahaan ini menjadi perusahaan property nomor satu dinegeri ini. Tidak heran jika perusahaan ini sangat ramah kepada klien karena memang pemiliknya sangat ramah dan juga baik.
"Saya ingin bertemu dengan sekretaris pak Jason" Meski dia berkata ingin bertemu dengan sekretaris pak Jason tapi sebenarnya dia sangat berharap pak Jason tidak ada dikantor.
"Apakah Anda sudah membuat janji ?" tanya resepsionis dengan senyum ramah sembari membuka sebuah buku folio besar. Sepertinya semua yang ingin bertemu pak Jason harus membuat janji terlebih dahulu. Buku itu adalah catatan jadwal pertemuan pak Jason dan kliennya.
"Sudah mbak. Pak Jason sendiri yang menyuruh saya bertemu sekretarisnya" Resepsionis itu mengamati sebentar buku dihadapannya lalu menutupnya kembali.
"Baik tunggu sebentar nyonya" Petugas resepsionis tersebut mengambil gagang telepon dan mulai menekan beberapa digit nomor dan menganggukkan kepalanya kemudian mengembalikan gagang telepon pada tempatnya.
"Nyonya silahkan menuju lantai 18 dan ruangan sekretaris pak Jason ada disebelah kanan. Disana hanya ada dua ruangan saja. Jadi Anda tidak akan tersesat" ucap resepsionis menjelaskan kepada Mel bahwa dia tidak akan tersesat.
"Baiklah mbak terimakasih" Mel berjalan masuk kedalam lif dan menekan angka 18.
******
Arya sedang bersiap merapikan beberapa berkas yang ada dimeja kerjanya. Dia melirik jam yang melekat pada tangan kirinya. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 18:20 wib. Arya membuang nafas berat lalu menuju pintu keluar dengan membawa tas laptopnya.