Arya dan Mel berjalan tergesa-gesa menyusuri lorong rumah sakit. Saat tiba di ruang UGD, Arya melihat Maron telah berada disana dengan beberapa polisi. Maron seperti tengah dimintai keterangan atas kecelakaan yang dialami Tari. Dia berhadapan dengan dua polisi berseragam lengkap.
Arya dan Mel menghampiri Maron setelah polisi meninggalkan Maron setelah mendapat penjelasan.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Mel panik ketika sudah berada dihadapan Maron.
Arya merangkul pundak Mel dan menepuknya pelan untuk menenangkannya. Arya takut jika Mel akan jatuh pingsan karena mendengar Tari kecelakaan.
"Tenangkan dirimu. Tarik nafas dan buang pelan" Arya menuntun Mel agar lebih tenang dan Mel mengikuti perintah Arya. Mel mengikuti intruksi Arya dan mengambil nafas dalam lalu membuangnya. Mel mengulang sampai beberapa kali sehingga kini dia terlihat lebih tenang. Melihat Mel sudah mulai tenang Maron menceritakan apa yang dia tahu.
"Gue juga gak tau. Cuma gue dapat kabar kalau Tari kecelakaan. Jadi gue langsung kesini. Sampai sini Tari udah masuk UGD dan sampai sekarang masih ditangani di UGD."
"Sekarang gimana keadaannya ?" Arya masih tetap merangkul Mel untuk berjaga-jaga agar Mel tidak pingsan.
"Gue belum tau. Dokter masih di dalam" tidak lama kemudian dokter keluar dari ruang UGD mengenakan pakaian putih dan menggantungkan stetoskop pada lehernya.
"Gimana keadaan Tari Dok ?" tanya Mel mendekati dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD.
"Alhamdulilah pasen tidak mengalami luka serius, hanya benturan kecil dikepalanya tapi tidak berbahaya." Dokter dengan ramah menjelaskan kondisi Tari. Semua terlihat membuang nafas lega mendengar penjelasan dokter.
"Kalau pasien sudah sadar, bisa langsung dipindahkan ke ruang perawatan. Saya permisi dulu" ucap dokter ramah kemudian meninggalkan mereka bertiga.
"Oh Iya. Apa om Luis dan tante Ana sudah dihubungi ?" tanya Arya kepada Maron atas kedua orang tua Tari.
"Udah. Tadi langsung gue telfon pas dengar kabar. Paling bentar lagi datang." beberapa saat kemudian kedua orang tua Tari datang ke rumah sakit dan langsung masuk kedalam UGD.
******
Saat ini Tari tengah berada diruang perawatan kelas satu. Ruangannya cukup luas dengan sofa panjang bewarna cream. Di dalam ruangan juga terdapat tv dan AC serta kamar mandi yang cukup luas dan bersih. Tari sudah sadar beberapa waktu lalu, tapi kemudian Tari tidur kembali karena efek obat yang disuntik suster untuknya.
Maron sudah pulang beberapa waktu lalu setelah berpamitan kepada kedua orang tua Tari dan juga Arya. Saat itu Mel tengah membeli minuman hangat untuk Arya dan kedua orang tua Tari karena cuaca malam ini sangat dingin. Selain itu Mel juga tahu kalau kedua orang tua Tari pasti sangat panik sehingga terlihat sangat lelah. Jadi Mel berinisiatif untuk membelikan minuman hangat agar kedua orang tua Tari lebih tenang. Sedangkan Arya berada diruang rawat inap bersama kedua orang tua Tari.
"Arya" panggil Ana kepada Arya saat mereka berada diruang perawatan Tari.
"Iya tente." jawab Arya pelan dan sopan.
"Tante minta tolong sama kamu ya nak. Tolong jaga Tari selama dirumah sakit karena om dan tante harus ke Singapura besok. Ada hal penting yang harus diselesaikan disana." Ana melihat putrinya yang terbaring ditempat tidur dengan pandangan kosong.
Bukan tanpa alasan kedua orang tua Tari lebih memilih pergi ke Singapura dari pada menemani putrinya. Karena memang ada hal sangat mendesak yang harus mereka lakukan di Singapura. Semua itu menyangkut kelangsungan hidup Tari sekeluarga.
"Kasian Tari. Pasti hari-harinya sangat sulit." Ana menunduk dan mengusap air matanya yang terjun bebas membasahi pipinya. Luis merangkul Ana untuk menenangkan. Arya hanya diam dan mendengar semua ucapan Ana.
Tari adalah seorang perempuan hebat dan karirnya sukses di Singapura. Dia mampu menjalankan bisnis sekaligus menempuh pendidikan magisternya di Singapura. Namun belakangan dia banyak mendapat teror dari seseoarang yang menyukainya.
Tari memang sangat cantik dan pintar. Tubuhnya yang tinggi, kulitnya yang putih dengan rambut lurus hitam dan tebal. Manik matanya coklat dan bibirnya yang merah sangat menawan setiap pria yang melihatnya. Dengan kecantikan dan kepintarannya, Tari sukses merajai pasar Asia dalam bisnis yang dia jalani dalam kurun waktu dua tahun saja. Karena pesonanya itulah yang membuat Corner seorang pembisnis berdarah Eropa mendekatinya dan sangat menginginkannya.
Corner adalah pria bule yang dikenal Tari saat menjalin kerja sama dengan perusahaanya di Vietnam. Sejak saat pertemun pertamanya dengan Tari, Corner sudah terlihat sangat tertarik dengan Tari. Namun, selama hidupnya Tari hanya mencintai satu orang yaitu Arya. Tari enggan menjalin hubungan atau sekedar bermain-main dengan perasaannya. Dia hanya fokus kepada pekerjaannya dan tetap menyimpan hatinya untuk Arya.
Hal tersebut membuat Tari berkali-kali menolak Corner. Karena kesal dengan sikap Tari yang begitu cuek dan tidak pernah membalas perasaannya walaupun segala hal sudah dilakukan, Corner menjadi teror untuk Tari. Bahkan Tari sempat mendapat pelecehan seksual dan percobaan pemerkosaan yang dilakukan Corner. Bagai seorang psikopat Corner mengikuti Tari sampai ke Singapura. Alasan itulah yang membuat kedua orang tua Tari menginginkannya pulang ke Indonesia dan menyerahkan seluruh urusan perusahaan kepada sepupunya. Yaitu anak dari adik mamanya yang saat ini sudah beranjak dewasa dan mulai bisa mengelola perusahaan dengan tetap mendapat pantauan dari Tari. Corner juga sudah dilaporkan kepolisi setempat.
Malam ini sebelum kecelakaan Tari, Luis mendapat telepon dari Singapura yang mengabarkan bahwa Corner telah ditangkap dan polisi memanggilnya sebagai pelapor untuk keterangan lebih lanjut. Hal itu yang membuat kedua orang tua Tari harus terbang ke Singapura besok untuk menyelesaikan urusannya sehingga Tari bisa selamat dari teror Corner dan keluarganya bisa tenang.