Melati Pov
Aku telah berada di rumah Tari untuk melihat keadaan sahabatku ini. Karena terlalu sibuk mempersiapkan pernak-pernik untuk butik aku harus absen mengatar Tari pulang. Kedua orang tua Tari belum pulang dari Singapura karena masih ada beberapa hal penting yang harus diselesaikan terkait kasus Tari disana. Keadaan ini juga yang membuatku sangat mengkhawatirkannya. Aku takut dia merasa sedih jika mengingat kejadian di Singapura beberapa bulan lalu.
Setelah Tari sampai di rumah Arya langsung pergi ke kantor karena Tari ditemani oleh asisten rumah tangganya. Arya harus menghadiri meeting yang sangat penting untuk membahas pembangunan hotelnya di Banyuwangi. Arya juga berjanji setelah meeting selesai dia akan menyusul dan menemani Tari. Setelah selesai meeting Arya menemuiku dan mengajak makan siang. Awalnya Arya akan pergi bersamaku ke rumah Tari, tapi karena ada paggilan mendadak dari kantor Arya langsung kembali ke kantor dan aku naik taxi. Arya berjanji akan menyusul jika urusannya sudah selesai.
Maron sangat sibuk hari ini, bahkan kemungkinan dia tidak akan bisa berkumpul di rumah Tari. Tapi hal tersebut tidak membuat kami kecewa karena Maron pasti akan menghubungi kami lewat video call. Maron selalu menyempatkan waktu walau sesibuk apapun untuk sahabatnya. Itulah Maron dengan segala perhatiannya kepada kami. Meski sikapnya yang dingin dan misterius, namun Maron punya sisi hangat dan penuh perhatian.
Maron memang lebih pendiam dibandingkan kami bertiga. Dia orang yang sangat cuek dan tidak banyak bicara tapi punya rasa peka yang luar biasa. Siapapun yang menjadi pacarnya pasti sangat beruntung. Selain ganteng, tajir, Maron punya sisi romantis dibalik sifatnya yang cuek dan dingin. Maron is perfect man. Hanya wanita bodoh yang menyia-nyiakannya dia. Iya namanya Marsya. Dia adalah wanita super bodoh yang mencampakkan Maron demi seorang laki-laki penipu. Hari itu adalah pertama kalinya dalam hidupku melihat Maron sangat hancur. Marsya sempat meminta maaf dan ingin kembali pada Maron. Meski Maron memaafkannya tapi Maron tidak ingin kembali pada Marsya. Maron tidak ingin mengulangi kesalahannya dan akan sakit untuk kedua kalinya. Jadi dia memilih menjadi jomblo sampai menemukan wanita yang siap untuk dianikahi.
Kembali kepada kondisi Tari yang sudah membaik meski kepalanya masih diperban. Dokter bilang perbannya sudah bisa dibuka setelah lukanya kering. Tiga hari lagi Tari harus check up untuk memastikan melepas jahitan didahinya. Saat ini Tari harus banyak istirahat untuk memulihkan kondisinya. Meski lukanya tidak terlalu parah, tapi dokter bilang Tari cukup shok dan berpengaruh pada psikisnya dan kemungkinan akan trauma berkendara beberapa waktu kedepan. Istirahat cukup akan sangat membantu mempercepat pemulihan Tari.
Sebuah keajaiban Tari bisa selamat dan hanya mengalami luka ringan mengingat mobil bagian belakangnya terlihat sangat hancur. Saat kecelakaan mobil Tari ditabrak dari belakang. Namun polisi tidak dapat melacak penabrak mobil Tari karena minimnya saksi dan CCTV dilokasi. Selain itu waktu kecelakaan yang terjadi dini hari membuat polisi sulit menemukan pelaku.
Author Pov
"Bagaimana persiapan butik lo Mel ?" tanya Tari ketika mereka berada di ruang keluarga. Ruang ini sangat nyaman. Sofa putih panjang menghadap televisi besar dengan pernak-pernak yang tergantung didinding. Tari adalah pecinta seni lukis. Dirumahnya banyak terpajang lukisan-lukisan abstrak yang menarik bagi penikmat seni lukis. Mel saja yang tidak mengerti tentang seni sangat suka dengan semua lukisan yang ada di rumah Tari. Terlihat sangat memarik dan juga artistik.
Disebelah kanan terdapat pintu kaca besar yang bisa digeser. Kalau pintu itu dibuka, pemandangan hijau dengan berbagai macam bunga mengiasi halaman belakang rumah Tari. Tante Ana sangat menyukai bunga. Berbagai macam bunga dari yang harganya murah sampai mahal terawat dengan baik dan begitu cantik.
"Udah selesai semua. Tapi Entahlah, seperti ada yang kurang. Nanti saja aku bicarakan dengan Arya." Mel meminum segelas coklat hangat yang dibuatkan bi Arum asisten rumah tangga Tari.
Tari tertawa mendengar ucapan Mel. "lo tu gak mandiri banget sih Mel. Apa-apa Arya. Nikah aja lo sekalian sama Arya." Tari melanjutkan menyantap kentang gorong yang ada dihadapannya.
"Apaan sih kamu. Ya gak mungkinlah aku nikah sama Arya. Lagian yang suka sama Arya kan kamu." Mel memang tahu bagaimana persaan Tari kepada Arya. Mel juga tahu jika Arya lebih menyukainya dari pada Tari. Sebenarnya Mel dalam posisi serba salah. Disisi lain Tari adalah sahabatnya yang sangat dia sayangi. Tapi Mel juga tidak bisa mencegah atau menyuruh Arya menjauh darinya karena Arya juga adalah sahabatnya. Jadi Mel memilih untuk mengikuti alur bagaimana Tuhan mengatur skenario untuknya.
"ah.. Sudahlah gak usah dibahas. Lagian Arya itu sukanya sama lo bukan gue. Jadi sekeras apapun gue deketin Arya, sama aja bohong." Tari terus saja menyantap kentang goreng yang kini telah dirangkul seperti pacarnya. Tari memang sangat menyukai kentang goreng. Bahkan dia bisa menghabiskan setoples sekaligus.
"Mel" Mel hanya menatap Tari tanpa menjawab panggilan Tari. Mel terus menatap membuat Tari ragu untuk mengatakan sesuatu. Meski begitu Tari tetap mengajukan pertanyaan karena terlalu penasaran.
"Kenapa sih lo gak mau nerima Arya ? Percaya deh sama gue, Arya itu beneran tulus sama lo." Tari menghentikan kegiatan mengunyahnya dan meneguk segelas air mineral.
"Entahlah." pandangan Mel menerawang isi coklat di dalam gelas yang dipegangnya. Sebenarnya Mel juga tidak tahu sebenarnya apa yang dia rasakan. Kadang dia juga merasa sangat jahat kepada Arya. Menggantung Arya sekian lama tanpa ada kepastian. Tapi disisi lain Mel masih sedikit ragu apakah dia benar-benar mencintai Arya. Hati Mel masih menyimpan keraguan yang tak beralasan.
"kadang aku merasa begitu bahagia bersama Arya. Dia baik, perhatian, sabar, apapun yang aku butuhkan, dia adalah orang pertama yang melengkapi kebutuhanku. Tapi disisi lain, aku takut Tar." Mel menatap Tari dengan penuh pertanyaan diwajahnya. "Aku takut, aku juga gak tau apa yang aku takutkan. Kadang itu yang membuat aku ragu. Lagipula sekarang ini bukan itu yang aku pikirkan, aku sedang berpikir kapan aku bisa bertemu teh Dah. Ayah sama bunda seperti sedang menyembunyikan sesuatu dari aku. Tapi aku gak tahu apa. Memikirkan semua itu membuat kepalaku sakit. Tapi lagi-lagi kalau aku mengingat Arya, rasa sakit itu perlahan mulai hilang." Mel kembali menatap gelas yang berisi coklat hangat ditangannya. "Aku tidak tahu kenapa bisa begitu" suasana hening sesaat. Hanya suara lonceng bambu yang berbunyi karena hembusan angin.
"Hei... Itu karena kau adalah.." belum selesai kata-kata Tari telah dipotong dengan kedatangan Arya. Seketika Tari menjadi kaku dan sedikit takut pada.
Arya berjalan menuju tempat Tari dan Mel berada dengan membawa beberapa kantong plastik ditangannya. Arya memang selalu menepati janji. Setelah urusan di Kantor selesai dia langsung menyusul ke rumah Tari.
"Karena apa ?" tanya Arya yang sepertinya mendengar ucapan Tari tadi.
Tari terlihat gugup dengan kedatangan Arya dan membenarkan posisi duduknya. Sedangkan Mel seperti tidak merasakan situasi yang aneh sedang terjadi. Mel menoleh menghadap Arya dan tersenyum.
"Kau lebih cepat dari perkiraanku" Mel kembali menyeruput coklat hangatnya.
Arya meletakkan beberapa kantung belanja diatas meja dan menghempaskan tubuh atletisnya kesofa panjang tepat disebelah Mel. "Aku lelah sekali." Arya memijat-mijat keningnya dan menoleh kearah Mel. "Jangan terlalu memikirkan sesuatu yang tidak harus dipikirkan" Arya tersenyum tulus kepada Mel. Mendengar ucapan Arya seketika wajah Mel menjadi tenang dan senyum manis terpancar khusus untuk Arya. Kata-kata Arya berhasil mengusir kegelisahan di dalam hatinya.
"Ok.. Aku mau ke toilet dulu." Mel beranjak dari tempat duduk dan pergi menuju toilet setelah meletakkan cangkir di atas meja dan meninggalkan Arya dan Tari berdua.
Setelah Mel menghilang dibalik tembok, Arya mendekati Tari dan berbisik "Jangan lo ungkit-ungkit masalah ini lagi. Dan jangan pancing-pancing situasi." Tari tampak ketakutan melihat ekspresi wajah Arya yang begitu marah karena ucapannya kepada Mel sebelum Arya datang. Tatapan Arya sangat tajam dan mengerikan. Hal itu membuat Tari terdiam tanpa bisa berkata karena ketakutan. Tari sadar dia salah dan hampir saja membongkar rahasi besar yang selama ini Arya tutup rapat.
Pandangan Arya yang tajam tiba-tiba berubah menjadi senyum manis kepada Tari ketika Mel telah kembali dari toilet.
"Apa ada masalah ?" Mel tampak binging melihat Arya berhadapan dengan Tari. Ekspresi Arya sangat santai berbeda dengan Tari yang sepertinya gugup meski kegugupan Tari tidak disadari oleh Mel.
"Enggak ada. Aku cuma memastikan perban Tari tidak lepas supaya lukanya tidak terkena debu yang menyebabkan infeksi." Setelah mengatakan hal itu Arya memundurkan wajahnya menjauh dari Tari dan kembali pada posisi awal yaitu bersandar pada sofa.
"Besok jangan lupa kalian harus datang diacara grand opening butikku" ucap Mel sambil menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa putih panjang yang saat ini dia duduki tanpa menyadari pembicaraan Tari dan Arya.
"Ada diskon kan ?" ucap Tari mencairkan suasana tegang yang sempat terjadi karena Arya. Tari berusaha mengusir rasa takutnya agar Mel tidak menyadari bahwa dia benar-benar salah tingkah saat ini. Tari berusaha membangun komunikasi dan membuat candaan agar tidak terlihat tanggung.
"buat kamu aku udah siapin yang special." ucap Mel semangat membuat Tari penasaran.