Flash Back On
3 Tahun Lalu
Suara teriakan perempuan memenuhi isi ruangan dan koridor rumah sakit.
Ruang rawat ini tampak sangat berantakan. Bantal, selimut biru khas rumah sakit, pecahan mangkuk kramik, nasi dan serpihan gelas pecah memenuhi isi ruangan. Suara jeritan wanita cantik itu terdengar sangat menyakitkan. Kakinya tampak berlumur darah karena menginjak serpihan kaca yang berserakan dilantai.
Namun teriakan itu bukan rasa sakit akibat luka dan darah dikakinya, melainkan rasa takut, trauma dan rasa sakit pada kepalanya yang membuat wanita cantik itu berteriak histeris.
"Mel. Tolong jangan begini" suara pria tampan itu sangat lembut dan penuh kasih sayang dan juga rasa sakit. Pria ini berusaha menenangkan wanita dihadapannya yang terus berteriak histeris dan memukul-mukul kepalanya.
"Pak Arya, mohon bapak tunggu diluar biar kami yang memberikan obat penanganan kepada ibu Melati." seorang perawat tengah mengendalikan kondisi Mel yang sangat menyedihkan itu. Perawat itu mengambil sebotol kecil obat dan memasukkanya kedalam jarum suntik.
Wajah Mel sangat pucat, kantung matanya tampak menghitam. Sungguh kondisi yang sangat menyedihkan dan sangat menyakitkan bagi Arya melihat istri tercintanya harus mengalami ini semua. Arya bahkan tidak berani menyentuh istrinya yang tengah histeris.
"Tapi sus... Saya mohon biarkan saya bicara." Arya meraih tangan Mel yang gemetar dan penuh keringat. Tapi Mel justru menepis tangan Arya dan menjauhkan dari dirinya.
"Mel.. Aku Arya. Aku suamimu. Kau ingatkan ?" Arya begitu rapuh melihat keadaan istri yg baru saja dinikahinya tujuh bulan lalu. Mendengar hal itu Mel justru berteriak dan memegang kedua telinganya.
"Pergi... Pergi... Pergiiiiiiii" Mel tetap saja berteriak kepada Arya. Tangannya mendorong Arya dan menutup telinganya, sedangkan matanya melotot melihat lantai dan menahan sakit.
Suster kemudian menyuntikan sesuatu ketubuh Mel. Suntikan itu membuat Mel semakin tenang dan akhirnya tidak sadarkan diri.
"Kami sudah suntikkan obat penenang kepada Ibu Melati." dokter yang menangani Mel menjelaskan kepada Arya atas tindakan yang baru saja dilakukan untuk menenangkan istrinya yang terus berteriak histeris. Hal itu dilakukan agar Mel bisa lebih tenang dan tidak menyakiti dirinya sendiri.
Pelahan Arya meraih tubuh istrinya dan menggendongnya untuk kembali ketempat tidur. Tubuh Mel kini begitu kurus dan pucat. Meski begitu wajah ayunya masih terlihat meski dalam keadaan yang menyedihkan.
"Suster, tolong bersihkan lukanya dan obati kemudian perban." Perintah dokter pada salah satu perawat yang ada. Kaki Mel berlumuran darah akibat luka yang ditimbulkan karena menginjak pecahan kaca yang berserakan dilantai.
"Baik dok"
"Pak Arya, mari ikut saya. Ada hal yang harus kita bicarakan mengenai keadaan ibu Melati" Dokter dan Arya pergi meninggalkan ruang rawat dan menuju ruangan dokter yang menangani Mel.
******
Dokter dan Arya masuk kedalam ruangan.
"Silahkan duduk Pak Arya" dokter menunjuk kursi yang ada didepannya.
Arya duduk dihadapan dokter Ria. Dokter Ria adalah dokter yang menangani Mel mulai dari awal kecelakaan. Dokter Ria juga sangat mengenal keluarga Mel dengan baik. Dokter Ria duduk dihadapan Arya dan memulai penjelasannya.
"Pak Arya, saya sangat sulit untuk mengatakan ini. Tapi saya harus mengatakannya demi kebaikan ibu Melati agar kondisinya bisa membaik." Ucap dokter begitu serius dan penuh penekanan. Hal itu membuat Arya sangat takut terjadi sesuatu kepada Mel.
"Ada apa Dok ? Mengapa istri saya begitu takut saat saya mengatakan bahwa saya suaminya. Mengapa dia begitu histeris ketika saya membahas kecelakaan itu ? Apa yang terjadi ?" Pertanyaan yang bertubi-tubi menjelaskan kebingungan Arya pada keadaan istrinya itu. Arya butuh penjelasan atas banyak pertanyaan yang ada dikepalanya.
Tidak ada jawaban apapun dari dokter Ria. Dokter hanya diam dan Arya melanjutkan pertanyaannya.
"Dok, Mel tidak lupa ingatan. Dia masih mengingat saya, dia mengingat keluarganya, tapi mengapa dia tidak mengingat saya sebagai suaminya ?" Arya benar-benar bingung dengan keadaan Mel. Dia sangat butuh penjelasan.
"Begini Pak Arya. Ibu Melati mengalami amnesia pak. Sebagian ingatanya hilang. Hal ini disebabkan cidera dikepala yang dialaminya saat kecelakaan. Selain itu, pasca oprasi besar yang dilakukan pada kepala ibu Melati membuatnya mengalami koma yang lama dan beresiko pada ingatan ibu Melati." penjelasan dokter belum membuat Arya puas.
"Lalu apakah Mel bisa sembuh total dok ?" Tanya Arya penuh harap.
"Saya tidak dapat memastikan itu pak. Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah membuat Ibu Melati senyaman mungkin. Jangan melakukan hal yang dapat mengingatkan beliau dari traumanya."
"Lalu apa yang harus saya lakukan dok ?"
Dokter diam sesaat.