MEMORIES

Meria Agustiana
Chapter #19

Part 18

Melati berjalan melewati meja lobi dan masuk kedalam lif. Mel menekan angka 18 dan lif mulai naik keatas. Ketika sampai dilantai 18 pintu lif terbukan dan Mel bergegas menuju apartment Maron.

Melati sengaja datang kemari untuk mengembalikan ponsel Maron yang tertinggal di resto. Karen Maron mengatakan akan memperbaiki air dia yakin jika Maron ada di apartmentnya saat ini.

Ketika sampai pintu bertuliskan angka 05 Mel langsung menekan bel. Dia menunggu beberapa saat namun pintu tidak kunjung dibuka pemiliknya. Mel mencoba lagi menekan bel dan kali ini berhasil. Maron membuka pintu dengan terkejut melihat kedatangan Mel.

"Mel ? Masuk." Maron masuk kedalam diikuti Melati dibelakangnya.

"Kok kesini gak ngomong ?" Maron menuju dapur untuk membuat minum. Melati melihat sekeliling apartment Maron. Sepertinya disini memang benar-benar kacau. Maron yang dikenalnya sangat rapi, bersih dan wangi sepertinya kali ini bukan Marom yang dia kenal. Apartment ini sungguh berantakan mungkin karena ada masalah dengan saluran air atau memang Maron ada masalah lain. Entahlah Mel juga tidak mengerti.

"Gimana aku bisa ngomong kalau ponselmu ada disini." Mel menggenggam ponsel Maron untuk menunjukkan kepadanya.

"Astaga. Pantas saja Aku cari kemana-mana gak ketemu."

"Jadi ini semua karena ponsel ?" Mel menunjuk sekeliling yang memeng sangat berantakan. Maron menggaruk-garuk kepala belakangnnya yang tidak gatal.

"Maafkan semua kekacauan ini." Maron hanya meringis. Melati meletakkan ponsel diatas meja.

"Gak usah bikin minim aku ada urusan jadi harus pergi." Maron berjalan menuju Melati.

"Kenapa buru-buru ?" Namun Melati hanya diam dan memandang Maron dengan janggal. Mel kemudian melangkah pergi. Tapi baru tiga langkah meninggalkan Maron dia berhenti dan berbalik.

"Maron, kau ingin menceritakan sesuatu padaku ?" Maron hanya diam dan wajah yang dari tadi tersenyum berubah menjadi tak terbaca.

******

Maron dan Mel duduk disofa. Maron mematung dengan tatapan kosong sedang Melati terus memperhatikan Maron untuk menunggu ceritanya.

"Kau masih ingat Marsya ?" Maron mengambil nafas berat dan memandang Mel yang ada disebelah kirinya. Mel hanya mengangguk. Maron kembali menatap kedepan dan mulai bercerita.

"Setahun lalu aku bertemu dia di Jakarta. Saat itu aku sedang dalam perjalanan pulang. Tidak sengaja aku hampir menabraknya waktu dia mau menyebrang jalan. Aku tidak salah karena saat itu lampu masih hijau. Aku berhenti dan menghampirinya untuk memastikan apakah dia baik-baik saja." Maron berhenti sejenak untuk menarik nafas.

"Aku melihat fisiknya baik tapi mungkin tidak dengan hatinya. Saat itu dia sedang menangis. Awalnya aku tidak mau perduli dan ingin meninggalkannya. Tapi aku tidak tega. Bukan karena dia Marsya yang pernah mengisi hatiku. Tapi karena dia seorang wanita yang berada dijalanan saat tengah malam. Akhirnya aku memberikan tumpangan dan mengantarnya pulang."

"Apakah dia bertengkar dengan pacarnya ?" Mel memotong cerita Maron.

"Mungkin. Hari berikutnya dia menemuiku di resto dan memintaku menemaninya kesebuah club. Awalnya aku tidak mau. Tapi entah kenapa aku tidak bisa menolak keingiannnya. Dia mabuk dan bercerita kalau pacarnya menghianatinya. Aku begitu emosi mendengarnya karena itulah aku menemaninya minum sedikit. Meski cuma sedikit aku merasa sangat pusing. Aku lupa apa yang terjadi karena aku tidak sadar saat itu. Mereka menyeretku kedalam toilet dan menggodaku."

"Mereka ?" Mel masih tidak menggerti.

"Marsya dan komplotannya. Aku dijebak Mel. Aku sengaja dibuat mabuk agar tidak sadar melakukan hal yang tidak pantas didalam toilet. Mereka merekam itu semua dan menjadi senjata untuk memerasku. Jika aku tidak mengirim sejumlah uang yang mereka mau mereka akan melaporkan rekaman itu sebagai tuduhan pelecehan. Aku benar-benar korban disini." Maron terlihat frustasi dan memegang kepala dengan kedua tangannya. Baru kali ini Mel melihat Maron sefrustasi ini.

"Terus siapa yang tahu hal ini ?" Maron menoleh menatap Mel.

"Cuma kamu yang tahu Mel. Aku gak mau cerita sama kalian karena aku tahu masalah kalian juga rumit. Aku gak mau jadi nambah beban kalian."

"Tapi setidaknya kamu bisa cerita biar kita sama-sama cari jalan keluarnya."

"Mel jangan ceritakan hal ini kepada siapapun termasuk Arya juga. Aku gak mau masalah ini jadi panjang. Selagi aku bisa mengatasi Marsya aku akan melakukannya dengan caraku. Mel aku mohon jangan ceritakan hal ini kepada siapapun. Aku cerita sama kamu karena aku sangat percaya padamu Mel." Maron memohon dengan serius yang hanya dibalas anggukan dari Mel.

******

"Ada masalah ?" Arya bertanya karena melihat Mel yang seperti tidak fokus dengan makanan didepannya.

"Enggak ada." Mel kaget dengan suara Arya.

"Kenapa gak dimakan ?" Arya menunjuk makanan yang ada dimeja dengan dagunya. Mel melihat pada hidangan yang ada dihadapannya. Ternyata dari tadi Mel hanya membolak-balik makannya.

"Oh iya." Mel tersenyum dan mulai memakan mie goreng yang baru saja dia masak.

"Kamu kenapa ? Kayak kepikiran sesuatu ?" Arya masih janggal dengan sikap Mel.

Sebenarnya Mel ingin menceritakan masalah Maron kepada Arya. Tapi dia urungkan niatnya karena sudah berjanji kepada Maron. Mel bukan orang yang mudah ingkar janji. Mel meletakkan sendok dan mulai menceritakan sesuatu yang hadir dalam ingatannya.

"Sebenarnya aku mengingat sesuatu." Arya langsung meletakkan sendoknya dan berhenti makan. Arya mencondongkan badannya agar lebih dekat dengan Mel.

"Aku ingat saat mobil itu dibelakangku aku sempat mendapat telepon dari orang tidak dikenal." Melati membayangkan hari kejadian.

Flash bacak on

"Saat itu aku sedang fokus menyetir." Melati membayangkan kilas masa lalu sebelum kecelakaan terjadi. Melati terlihat sedang fokus menyetir dan Dahlia menoleh kebelakang.

"Dek.. Mobilnya makin dekat." Dahlia menoleh kebelakang dan sesekali melihat Mel dan jalan didepannya.

"Teh... Mel takut." Mel menoleh pada Dahlia dan kembali fokus pada jalan. Saat kondisi tegang ponsel Mel berbunyi. Dahlia yang fokus dengan mobil dibelakangnya tidak menyadari bunyi ponsel. Mel bersyukur dan berharap itu adalah Arya. Mel dan Dahlia sampai-sampai lupa jika mereka harus menghubungi seseorang untuk meminta bantuan. Mobil penguntit itu membuat otak mereka tidak bekerja dengan baik karena ketakutan.

Lihat selengkapnya