MEMORIES

Meria Agustiana
Chapter #20

Part 19

Maron berdiri diatas sebuah gedung yang masih terbengkalai. Gedung ini berada dipingiran kota dan jauh dari keramaian. Awalnya gedung berlantai lima ini akan dijadikan sebuah mall dan taman bermain. Namun karena dana pembangunan dikorupsi membuat proses pembangunan gedung ini terbengkali.

Pembangunan gedung ini sudah 70%. Bagunan tinggi nan kokoh dengan pilar besar pada bagian pintu masuk. Pada depan pintu masuk terdapat jalan cukup lebar untuk mobil melintas yang diatasnya sudah berdiri kokoh rangka baja lengkap dengan kaca sebagai atap. Tembok juga sudah dicat meski belum 100% selesai. Pada bagian dalam masih terdapat alat pembangunan seperti plastik besar yang menggantung dan beberapa tangga yang biasa digunakan pekerja.

Mel berjalan cepat menuju atap gedung untuk menemui Maron. Setelah sampai diatas Mel membuka pintu atap dengan terengah-engah karena terlalu lelah menaiki tangga dari lantai bawah menuju lantai lima.

******

Arya melihat susunan rencana dari brainstorming yang dibuat oleh Maron begitu tergambar jelas langkah yang dia lakukan lewat garis merah yang menghubungkan antar kejadian. Dari mulai studio foto, kantor ekspedisi, caffe tempat Mel mampir sebelum kejadian penjambretan. Semua sudah memiliki waktu yang sangat tepat dan matang. Kecelakaan Arya dan Mel beberapa waktu lalu juga merupakan bagian dari rencana Maron. Bahkan kedatangan Nana menjadi bagian dari rencana Maron.

Maron memanfaatkan kedatangan Nana sebagai alibinya agar Arya menuduh Nana sebagai pelaku karena dia tahu bagaimana Nana begitu membenci Mel. Maron sengaja mengirim pesan kepada Nana yang isinya adalah hasutan agar Nana mencelakai Mel. Nana yang telah tersulut emosi akhirnya melakukan hal gila yang hampir mencelakai Mel meski dia tidak tahu siapa pengirim pesan itu.

Pelamparan batu pada malam itu adalah ulah Maron. Namun semua orang menuduh Nana yang sebenarnya tidak melakukan apapun.

Arya masih menunggu kabar dari Will. Sesekali dia memandang laptop yang memperlihatkan gambar Mel sedang duduk didaalm caffe. Dia tidak menyangka jika Maron adalah dalang dari semua ini. Bahkan dia juga tidak habis pikir untuk apa Maron melakukan semua ini. Arya masih bingung untuk menyimpulkan. Saat ini yang ada dikepalanya hanya nasib Mel yang dalam bahaya.

Arya kembali memandang brainstorming dan melihat rencana puncak tertulis pada hari ini disebuah gedung yang Arya tidak tahu dimana letaknya. Arya melihat foto gedung terbengkalai untuk mencari tahu dimana sebenarnya lokasi gedung itu. Tapi Arya sungguh tidak mengetahui dimana gedung itu berada.

Ponsel Arya berbunyi karena pesan dari Will. Arya membuka pesan tersebut dan menemukan lokasi Mel. Arya langsung berlari untuk menyusul Mel.

******

Arya mendapat telepon dari Ardi ketika sedang menyetir mobil. Arya melaju dengan kecepatan tinggi menerobos jalanan yang tidak terlalu ramai. Arya mendengar ponselnya berbunyi dan langsung mengangakat panggilan Ardi.

"Ar lo dimana ? Gue ada di apartment pelaku dan gue liat foto dilaptop. Gue juga lihat recana pelaku didinding." Ardi saat ini sedang berada di apartment Maron bersama beberapa polisi lain yang tengah memeriksa setiap sudut ruangan. Ardi masih belum tahu jika apartment itu adalah milik Maron.

"Gue sekarang lagi dijalan. Mel dalam bahaya." Arya menjelaskan dengan satu tangannya mengendalikan setir mobil yang tengah melaju kencang.

"Bahaya ? Bahaya giamana maksud lo ?" Ardi masih binging dengan ucapan Arya.

"Apartment itu adalah milik Maron."

"Maron sahabat lo ?"

"Iya. Selama ini dia adalah pelakunya dan sekarang Mel sedang bersamanya. Gue gak bisa menjelaskan lagi. Gue harus segera sampai kesana." Arya mengakhiri panggilannya dan kembali fokus menyetir dengan kedua tangannya.

"Arya halo Ar." Ardi lalu menelepon Will untuk melacak keberadaan Arya. Ditelepon Will mengatakan jika Arya memintanya untuk melcak lokasi Mel. Berbekal informasi dari Will, Ardi pergi dengan beberapa anggota polisi lainnya. Ardi juga menelepon kantor untuk meminta tambahan pasukan menuju lokasi.

Disisi lain Arya terus menginjak gasnya dengan harapan cepat sampai sebelum terjadi sesuatu dengan Mel. Berbeda dengan perjalanan Arya yang bebas hambatan justru perjalanan Ardi dan pasukan lain terhambat oleh kecelakaan. Laju mereka terhenti karena keramaian yang ditimbulkan kecelakaan yang mengakibatkan bentrok beberapa pengendara.

******

Pada atap gedung Mel melihat Maron berdiri ditepi atap membelakanginya. Maron mengenakan jaket hitam dengan tudung kepala.

"Maron" Mel memanggil dengan pelan dan penuh keraguan. Jarak mereka kini hanya lima meter saja.

"Mel." Maron berbalik dan melepas tudung kepalanya. Mel seketika meningat kilas peristiwa kecelakaan pada hari itu. Mel melihat seseorang ditepi jurang memakai jaket hitam dengan tudung kepala yang adalah Maron. Pria yang meneleponnya dan membuntutinya juga adalah Maron.

"Maron." Mel mulai mengingat sesuatu. Kepalanya terasa sakit namun dia harus tetap fokus pada kenyataan yang sedang terjadi. Bahwa orang waktu itu adalah Maron.

"Mengingat sesuatu ?" Maron tersenyum sinis. Senyumnya sangat menakutkan dan penuh dengan dendam.

"Ja.. Jadi orang itu ?" Mel tidak melanjutkan kalimatnya. Maron tertawa lepas. Melampiaskan seluruh emosinya terhadap wanita dihadapannya.

"Hahahahaha... Akhirnya... Akhirnya hari yang sangat aku tunggu tiba." Maron kembali menatap Mel. "Kau... Seharusnya mati dalam kecelakaan itu." Maron mengeluarkan sebuah pisau yang sedari tadi dipegang tapi karena jaketnya terlalu panjang sehingga pisau digenggamannya tidak terlihat.

Lihat selengkapnya