MEMORIES

Meria Agustiana
Chapter #21

Part 20

Flash back

Arya Pov.

Hari ini aku memiliki kesempatan makan siang bersama kedua orang tuaku. Pagi ini kami melakukan sebuah pertemuan untuk urusan pekerjaan dengan beberapa rekan bisnis. Aku memang sengaja tidak mengajak Mel karen takut dia akan bosan. Lagipula Mel juga masih sibuk dengan butik baru yang alhamdulilah cukup ramai.

Pertemuan berakhir lebih cepat dari perkiraanku. Aku dan keluarga memutuskan untuk makan siang diluar. Sudah lama sekali aku tidak berkumpul dengan mereka seintens ini. Terakhir aku ingat setahun lalu dimana kami bertiga berkumpul seperti ini.

Suasana siang ini begitu hangat meski cuaca sedikit mendung. Obrolan santai mengisi meja makan kami dengan segala sajian yang ada. Andai kakak berasama kami saat ini pasti akan lebih menyenangkan.

"Apakah kakak tidak akan pulang tahun ini ma ?" Tanyaku ditengah makan siang.

"Terakhir mama telepon kakakmu tidak akan pulang karena masih ada proyek pembangunan dipelosok yang harus selesai akhir tahun ini. Tapi jika memang proyek ini bisa ditinggal mungkin kakakmu akan pulang sebentar untuk berkunjung." Jawab mama santai dengan menikmati jus alpukat kesukaannya.

Kakakku memang jarang pulang karena dia bekerja diperusahaan kontraktor. Kakakku sama seperti diriku yang memilih untuk tidak ikut campur dengan bisnis papa. Perusahaan tempat kakaku bekerja adalah perusahaan berskala internasional. Jadi banyak sekali tender didalam maupun luar negeri.

"Pa, ma. Arya pengen tanya sesuatu." Aku meletakkan sendok dan berhenti menikmati makanan dihadapanku.

"Tanya apa sayang ?" Jawab mama santai dan masih menikmati sajian diatas meja.

"Apakah ada yang kalian sembunyikan dari Arya ?" Papa dan mama tampak terkejut dengan pertanyaanku.

"Apa yang bisa kami sembunyikan darimu ?" Papa terlihat santai sambil menikmati makan siangnya.

"Belakangan Arya sering mimpi didatangi wanita bule cantik." Aku melihat papa dan mama yang terlihat santai menanggapi ceritaku.

"Itu hanya mimpi sayang. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Lanjutkan makan siangmu dan setelah ini kita mampir ke butik Mel." Mama tersenyum dan seperti tidak pernah terjadi sesuatu denganku.

Aku hanya terdiam tanpa berkata lagi. Aku berharap akan menemukan jawaban atas mimpiku. Tapi sepertinya itu memang hanya mimpi dan tidak berarti apapun. Tapi entah mengapa rasanya hatiku masih mengganjal dan aku tidak tahu apa penyebabnya. Aku juga tidak puas dengan jawaban mama dan papa.

******

Atap gedung masih terlihat sepi dan tanpa pergerakan jika diamati dari kejauhan. Suara petikan pistol yang baru saja terdengar menyisakan kesunyian dan ketegangan.

Atap gedung tampak masih sama kotor dan berlumut. Melati terduduk dan menutup kedua telingannya dengan telapak tangan. Mel memejamkan mata karena ketakutan mendengar suara senjata api.

Disisi lain Arya dan Maron masih sama-sama berdiri dengan posisi sebelumnya. Mata keduanya terlihat melotot seakan menahan rasa sakit. Benar saja karena Arya sedang melawan rasa sakit akibat peluru pistol yang mengenai lengannya sedang Maron menahan sakit karena pistol baru saja mengenai kakinya.

Mereka berdua saling dorong dan akhirnya sama-sama terjatuh dan saling menjauh. Kedunya berusaha berdiri dengan baik. Meski peluru mengenai kakinya namun Maron seakan tidak merasakan rasa sakit. Justru dia bangkit untuk tertawa kembali.

"Lo akan bayar luka ini." Ucap Maron saat mereka sudah sama-sama berdiri dengan jarak lima meter.

"Arya Maron cukup. Kalian tidak harus seperti ini." Mel mencoba menenangkan mereka berdua. "Lalu Maron apa maksudmu mengatakan Marsya hanyalah alibi ?" Mel masih mengejar jawaban Maron yang sempat terpotong adegan fight mereka berdua.

"Gue sudah ngatur semua ini sejak lama. Gue tahu Marsya cewek mata duitan dan gue manfaatin dia buat nyusun rencana ini. Petugas kebersihan studio foto, resto tempat kita ketemu, bahkan kecelakaan Tari." Maron menoleh Mel dan Arya yang ada dihadapannya. Mereka tampak terkejut dengan pengakuan Maron. Mereka baru tahu jika kecelekaan Tari beberapa bulan lalu ada hubungannya dengan Maron.

"Gue liat kalian pelukan di toilet (Maron membayangkan ketika dia melihat Tari memohon pada Arya didalam toilet) gue gak mau ada orang yang cinta sama lo. Semua orang yang cinta sama lo harus mati. Gue sengaja nabrak mobil Tari sebagai peringatan."

"Sakit jiwa lo Ron." Arya masih tidak percaya dengan semua ini. Maron lalu melanjutkan.

"Gue juga sengaja bayar Marsya buat jadi petugas kebersihan studio. Gue sengaja buat Dahlia cidera supaya Mel mengemudi. Gue tahu kalau Mel gak bisa nyetir mobil dan gue tahu kondisi perusahaan lo yang sedang kacau saat itu. Gue manfaatin itu semua dan merancang agar semua terjadi layaknya kecelakaan." Maron berkata dengan membayangkan dirinya memberi segebok uang untuk Marsya didalam amplop coklat. Maron juga membayangkan dia melihat Mel membopong Dahlia dan mulai mengemudi. Terakhir Maron membayangkan dia berdiri menyaksikan mobil Mel yang ada di jurang dan membuang kelinci putih kedalam jurang.

"Gue sengaja ngikutin lo dan motret lo. Gue bayar Marsya buat ngirim foto itu dengan bantuan petugas ekspedisi untuk merusuk CCTV yang ada disana. Gue sengaja ngirim foto itu buat peringatan untuk kalian. Gue gak suka lihat kalian bahagia." Maron beterik.

"Karena Marsya belakangan sering mengganggu dan memeras gue buat gue gak tahan dan gue niat buat habisin dia." Maron melirik Mel yang masih terduduk meski sudah tidak menutup telinga.

"Lo ingat di resto beberapa waktu lalu ?" Mel mulai membayangkan dirinya bertemu dengan Maron yang sedang duduk sendirian.

"Hari itu adalah hari terakhir Marsya dan kebetulan kita bertemu. Hahahaha.... Tuhan memang berpihak kepadaku. Aku sengaja meninggalkan ponselku agar kau bisa melihat pesan Marsya.(Maron membayangkan dia meninggalkan ponselnya dan pergi dengan seringai licik).

"Gue sengaja supaya lo masuk kedalam sandiwara gue. Seakan Marsya adalah wanita jahat dan mata duitan. Tapi perkiraan gue meleset. Lo datang lebih cepat sebelum gue membereskan kekacauan yang ditimbulkan Marsya." Mel masih bingung kemana arah perkataan Maron.

"Apa maksudmu ?" Mel mengataknnya dengan perlahan sembari mencerna cerita Maron.

"Petugas perbaikan yang kuceritakan padamu itu hanya bohong. Saat itu aku terlambat untuk menemui Marsya diapartemenku. Aku ingin bernogosiasi dengnnya."

Flash back Maron sebelum Mel datang.

Maron Pov.

Aku melihat Marsya sudah berdiri didepan pintu apartemenku. Sepertinya wanita licik ini sudah merencanakan sesuatu jadi aku harus berhati-hati.

Lihat selengkapnya