Mata Lola belum terbuka sepenuhnya ketika melihat satu pesan dari nomor tak dikenal masuk. Sambil menyesuaikan pandangannya, Lola membaca pesan itu.
08124357xxxx : "Hai, Lola. Ini gue, Dewa. Semalam Gio ngasih list calon pemain serial ke gue. Lo pilih ya yang paling cocok."
Mata Lola mengernyit, melihat sekilas foto-foto dan profil para calon pemain. Sambil menguap lebar, Lola menyimpan nomor ponsel Dewa dan mengetik pesan balasan.
Lola : "Gue semua nih yang pilih? Nanti kalau nggak cocok gimana?"
Dewa : "Pokoknya lo pilih aja, gue setuju-setuju aja. Kan lo yang punya cerita."
Lola menelengkan kepala memikirkan ucapan Dewa. Benar juga sih. Walau serial ini project Dewa, tapi dialah penulis ceritanya. Mungkin memang akan lebih pas kalau ia sendiri yang memilih pemainnya. Bukan tugas yang sulit. Kandidat sudah ada dan diseleksi tim Gio, ia hanya tinggal menentukan sesuai karakter wajah dan profil yang cocok.
Lola : "Okay."
Dewa : " Gue tunggu sampai jam 2 siang ini ya."
***
"Lo nggak makan, La?" tanya Ihsan yang sudah melahap makan siangnya. Sementara Lola masih berkutat dengan tabletnya. "Sibuk bener."
Lola menatap Ihsan belagu. "Emang. Biasalah ya, tim produksi film."
Ihsan mencibir. "Baik-baik lo. Kena maag, baru tahu."
"Iyaa Ihsan...." Memang sih Ihsan bukan teman ghibah yang asyik, tapi dia perhatian sama Lola.
"Emang kapan serialnya tayang?"
"Kemungkinan tiga atau empat bulan lagi."
Cowok itu mengangguk-angguk dan kembali menyantap makan siangnya. Sementara Lola kembali sibuk berkutat dengan tabletnya, meneliti satu demi satu calon pemain.
Pemeran Nessa sudah ditentukan. Namanya Safira. Profilnya mewakili Nessa. Tinggi 159 cm, rambut lurus sebahu dan berponi, wajah polos dan perawakan ramping cenderung kurus.
Selesai dengan pemeran Nessa, Lola beralih memilih pemeran Keenan. Karakter Keenan dalam novelnya adalah Bara di kenyataan. Lola harus memilih dengan cermat. Kandidat yang disodorkan padanya bernama Bagas dan Fabian. Fabian berperawakan cenderung kurus dengan tinggi 174 cm dan senyumnya agak nakal, cocok sekali dengan karakter bad boy atau antagonis. Wajahnya tampan, putih bersih dan bermata sipit dengan dipayungi sepasang alis tebal. Sosok bad boy yang sempurna. Bara memang brengsek, tapi karakter Keenan di novelnya tidak sebrengsek Bara dan sudah jelas Fabian kurang cocok memerankan sosok Keenan.
Kandidat kedua yang disodorkan bernama Bagas. Perawakan Bagas tinggi dan gagah. Lola bisa melihatnya dari bahu lebar Bagas dan tingginya 179 cm. Bagas juga tampan dengan hidung mancung, rahang tegas, sepasang lesung pipi dan alis tebal. Kulit Bagas agak kecokelatan sehingga ia tampak manly, cocok jadi eksekutif muda. Ia tidak berwajah bad boy seperti Fabian, tidak juga terlalu tampak 'anak baik-baik'. Tampaknya Bagas lebih cocok memerankan Keenan. Lola akan meminta supaya poni samping Bagas dirapikan atau dipangkas. Lola tersenyum kecil memikirkan bagaimana kalau Bara sadar kisahnya dijadikan serial dan yang memerankan dirinya ganteng banget gini.
Peran Keenan sudah ditentukan, sekarang Lola beralih untuk memilih peran Dewa. Tapi... tunggu dulu...
Dahi Lola mengernyit, meneliti layar tabletnya. Bukankah ini Dewa sungguhan? Dewa si pemilik Memories Coffee and Eatery? Dan dia akan memerankan tokoh Dewa? Ya, tentu saja, tidak ada kandidat lain untuk dipilih Lola.
Lola menahan tawa dan memperhatikan profil Dewa. Rupanya si pemilik project ingin sangat terlibat dalam projectnya, dan di belakang layar saja tidak cukup. Narsis benar si Dewa ini. Dia pasti sudah berpesan pada Gio supaya dirinya ikut dalam peran. Tapi kalau dilihat-lihat, profil Dewa sungguhan ini cocok sih untuk peran tokoh Dewa fiksi. Wajah, oke punya. Auranya yang kombinasi antara anak orang kaya barista juga cocok. Dan kebetulan namanya juga Dewa. Semoga dia betulan bisa berakting.
***