Sebenarnya tim driver menawarkan untuk menjemput Lola ke lokasi syuting hari ini. Namun Lola menolaknya karena lokasi syuting kali ini tidak jauh dari indekosnya. Syuting kali ini dilakukan di gedung apartemen Dewa.
Dewa menyewa unit lain di gedung apartemennya selama proses produksi serial berlangsung. Lokasinya satu lantai di bawah unit apartemen Dewa. Unit itu digunakan untuk latar tempat tinggal Nessa. Jadi karena loksinya dekat, Lola memilih ke lokasi syuting sendiri menggunakan sepeda.
"Mbak Lola," Gio menyapa Lola yang baru sampai.
"Mas Gio, Mbak Bening," Lola membalas sapaan Gio dan menyapa Bening.
Lola menjatuhkan diri di sofa sambil mengistirahatkan kakinya yang agak pegal. Ternyata lumayan juga bersepeda dari indekos sampai apartemen ini, terutama karena ia harus melalui rute yang agak berputar karena jalan raya yang diatur searah. Tapi tak mengapa, sudah lama juga Lola tidak mengayuh sepeda.
"Tadi jalan kesini, Mbak?" tanya Bening.
"Nggak, saya naik sepeda. Sekalian olahraga hehehe..." juga karena hanya benda itulah satu-satunya transportasi yang Lola punya.
"Ooh... sehat banget ya," komentar Bening. "Saya aja sepeda di rumah sampai rusak karena nggak pernah dipakai."
"Yaah... sayang banget."
Selagi mengobrol, ekor mata Lola menangkap Dewa yang duduk di bangku sebelahnya. Cowok itu sedang membaca naskah dengan ditemani segelas kopi latte. Namun raut wajah dan matanya tampak sayu. Bahkan beberapa kali Lola mendapatinya menguap.
Si Dewa habis bergadang apa gimana? Perasaan nggak ada pertandingan sepak bola semalam, pikir Lola. Soalnya biasanya cowok suka bergadang karena nonton bola, itulah yang Lola dengar dari bapak-bapak kantornya. Tapi hari Jumat kemarin nggak ada tuh ramai-ramai bahas persepak bolaan. Atau mungkin Dewa sleepcall sama pacarnya? Mana tahu Dewa udah punya 'guk guk'. Tapi... emang cowok kayak Dewa bisa segitu bucinnya ya? Rasanya sulit membayangkan.
Beruntungnya, Dewa belum begitu banyak muncul dalam adegan di luar kafe karena di episode-episode awal cerita masih berfokus pada kedekatan dan hubungan Nessa dan Keenan.
"Jam 12.40!" Safira berseru melihat jam beker di nakasnya dengan mata membulat campur mengantuk karena memang ceritanya Nessa baru bangun tidur. Ia melempar sembarangan jam bekernya dan langsung terduduk tegak. "Aduuh bisa-bisanya gue kesiangan! Masih kekejar nggak ya gue ketemu Keenan?"
Lola memperhatikan adegan itu melalui layar monitor. Dahinya agak berkerut dan ia berkomentar. "Mas Gio, adegan ini kurang pas," kata Lola. "Nessa kan bukan cewek sembrono, kalau dia ngelempar jam beker sembarangan di tempat tidur kayaknya gimana gitu. Kayaknya lebih pas kalau dia taruh asal di meja. Cukup menggambarkan Nesa buru-buru, tapi nggak sembrono."
Tokoh Nessa dibuat cenderung mirip Lola, dan kesembronoan Nessa dalam adegan itu membuat Lola agak terfitnah juga. Soalnya Lola cewek teratur dan nggak sembrono. Dan lagi, kamar indekos Lola rapi karena ia selalu meletakkan barang-barang pada tempatnya, seburu-buru apapun Lola. Hanya saja kadang Lola agak pelupa.
Gio setuju dan adegan itu pun diulang lagi sesuai permintaan Lola.
"Ngopi, Mas Dewa," Bagas yang sedang break, menawari Dewa. Dewa tampak mengantuk sekali dan matanya yang sejak tadi fokus menatap layar monitor terlihat agak kemerahan.
Dewa menolak dengan sopan. "Udah tadi."
Bagas mengangguk dan meneguk kopinya sendiri. "Kalau nggak istirahat dulu aja, Mas. Kayaknya ngantuk banget."
Dewa mengangguk. "Gampang." Lalu ia kembali memperhatikan layar monitor.
Lola pun menoleh. "Iya, mending lo istirahat dulu aja. Kan lo juga nggak ada adegan hari ini."
"Iya, gampang," jawab Dewa singkat.
"Emang lo bergadang sampai jam berapa semalam?" tanya Lola akhirnya.
"Gue baru tidur jam empat pagi."
"Gile, itu sih namanya nggak tidur," kata Lola. "Lagian ngapain segala bergadang? Kan lo tahu hari ini jadwal syuting."
Dewa melirik Lola dengan matanya yang sayu dan merah itu. Gue bergadang juga gara-gara baca novel lo! Dewa hanya membatin karena gengsi mau mengatakan. Bisa-bisa Lola GR kalau Dewa jujur! "Gue sibuk," jawabnya singkat.
Lola dan Bagas yang sudah cukup akrab saling melempar senyum penuh arti.
"Beda ya CEO," kata Lola agak meledek.
"Yoi," sahut Bagas.
Sementara yang jadi bahan omongan hanya diam saja sambil mengusap wajahnya. Lola kasihan juga melihatnya. Bisa jadi Dewa semalaman nggak tidur karena betulan sibuk mengurus kafenya yang bercabang-cabang, atau latihan akting, atau mempersiapkan syuting hari ini. Atau mungkin dia anxiety sehingga nggak bisa tidur.
"Mendingan lo tidur aja, Dewa. Kan giliran lo masih nanti sore," ulang Lola. Kali ini agak serius. "Soal syuting ini serahin aja ke gue dan Mas Gio."
Dewa menggeleng. "Gue udah ngopi kok, nanti juga hilang."
Lola hanya mengangkat bahu. "Ya udah." Ia tidak insist, karena sepertinya Dewa memang ngeyel ingin di sini mengawasi langsung jalannya syuting.
Namun sepertinya kantuk cowok itu sudah tidak tertahankan. Karena beberapa menit kemudian ia sudah tertidur di tempat duduknya. Awalnya, kepala Dewa menggantung begitu saja karena memang bangku yang didudukinya tidak memiliki sandaran tinggi. Lalu tiba-tiba saja kepala cowok itu mendarat di lengan Lola.
Lola yang sedang asyik memperhatikan adegan demi adegan di layar monitor sambil sesekali mengobrol dengan Gio dan Bening jadi kaget. Hampir saja Lola menarik lengannya, namun Dewa tampak pulas dan Lola jadi nggak tega. Bahkan dengan nggak tahu dirinya Dewa membenarkan posisinya supaya nyaman bersandar di lengan Lola. Kemudian cowok itu kembali tenang, mendengkur pelan dengan mulut agak terbuka.
Yaah... nggak bisa gerak deh ini gue, batin Lola agak bete. Sementara Bagas yang duduk tak jauh dari Lola melempar tatapan penuh arti pada Lola.
"Suruh pindah aja itu Mas Dewa. Kasihan," kata Gio.
"Biarin aja, Mas. Mas Dewa juga kayaknya nyaman," sahut Bagas agak meledek.
Sementara Lola yang sudah deg-degan, salah tingkah pula, tidak menjawab. Ngapain sih si Dewa nyender-nyender segala?! Bikin malu aja, batinnya.
Dewa terbangun saat bergerak dan kepalanya melesat dari lengan Lola. Ia mengusap wajahnya dan menggeliat tanpa tahu malu. Lola yang semula menoleh kaget ke arah Dewa gara-gara gerakan mendadak cowok itu seketika berpaling. Dada Dewa yang bidang dan lengannya yang berotot tercetak jelas di balik kausnya. Bagian bawah kausnya juga terangkat, membuat perutnya terbuka sedikit. Lola pura-pura minum supaya tidak terlalu kelihatan ia salah tingkah. Dewa seksi sekali! Lola membatin dalam hati. Ah, sial! Pikiran haram! Lagian Dewa seenaknya aja menggeliat gitu. Nggak sadar apa sebelahnya ini wanita sejati?!
"Jam sembilan?!" kata Dewa kaget, namun dengan suara malas khas bangun tidur yang membuat Lola semakin berpikir yang enggak-enggak. "Lama juga gue tidur."