Memories Coffee and Eatery

Lolita Alvianti susintaningrum
Chapter #10

EPISODE 10

Senyum Lola melebar saat keluar dari lift dan melangkah di lobi. Di sana sudah berdiri kekasihya yang tampan dan membalas senyumnya. Lengan Dewa terentang menyambut Lola dan bersiap merangkul cewek itu. Namun Lola dengan cepat menghindar.

"Kenapa sih?" gumam Dewa setengah protes.

"Malu atuh, banyak orang di sini," bisik Lola sambil melihat sekitar. Selain malu, dia juga mawas diri. Dulu waktu masih jomblo, Lola tidak suka melihat orang bermesraan nggak tahu tempat. Pemandangan yang sangat mengganggu dan bikin sirik. Dan sekarang Lola nggak mau orang-orang yang berseliweran di lobi sebal dan sirik padanya sebagaimana dirinya dulu.

Dewa ikut melihat sekitar, dan memang orang-orang sedang menatap ke arah mereka. "Yuk, jalan," ajaknya sok cool, pura-pura nggak sadar jadi pusat perhatian.

Lola mengangguk dan tersenyum senang. Mereka pun menuju mobil Dewa yang diparkir di halaman kantor. Malam ini mereka hendak pergi nonton. Salah satu serial film horor kesukaan Lola sedang tayang dan Lola pengen banget nonton.

"Kenapa sih kamu ngantornya mesti dekat banget sama kosan?"

"Ya, kan emang sengaja. Biar hemat waktu, hemat tenaga. Dan aku nggak perlu ongkos ke kantor," jawab Lola. "Emang kenapa, Dewa?"

"Kalau kantor kamu agak jauh kan aku bisa antar-jemput tiap hari. Biar kayak pacar teladan pada umumnya gitu."

Lola tertawa mendengar penjelasan Dewa yang absurd itu. "Astaga, Dewa. Emang jadi pacar teladan harus banget kayak gitu?" Sebenarnya beberapa kali Dewa menawarkan diri untuk antar jemput Lola. Tapi buat apa? Kantor Lola tidak jauh dari kosnya, cukup 15 menit berjalan kaki. Lagian kalau pakai kendaraan justru makin ribet karena harus muter-muter. Apalagi kos Lola terletak di gang sempit.

Dewa lantas tersenyum jenaka. "Apa aku temenin jalan kaki aja ya? Kayak di film-film barat gitu. I'll walk you home."

"Apa sih kamu, alay ih!" Lola tertawa. Nggak nyangka di balik sikap Dewa yang sok cool, ternyata cowok itu ada norak-noraknya juga.

Dewa mengajak Lola makan malam di kafe Z, sebuah kafe yang baru buka di bilangan Tangerang Selatan. Kafe itu milik seorang teman kuliahnya.

"Spageti dan lasagna di sana enak. Kamu pasti suka deh," kata Dewa.

"Oh ya? Lebih enak daripada di kafe kamu?"

Dewa menghela napas. "Sayangnya, iya."

"Minta lah resepnya."

"Mana bakal dia ngasih. Dia baik, tapi agak pelit. Jangankan resep, perkara contekan aja dulu dia pelit minta ampun."

Lola tertawa kecil. "Business is business ya."

"Nggak masalah sih," Dewa berkata enteng. "Setiap kafe punya ciri khasnya masing-masing. Memories punya japanesse cake dan cookies yang enak. Minggu lalu Memories launching menu baru kopi klepon, racikan dari barista cabang Bogor yang waktu itu aku keramasin."

Lola mengangguk setuju. Kopi klepon racikan barista muda itu memang enak sekali. Dan Dewa bersyukur barista itu kuat mental dan tidak mengundurkan diri karena masalah beberapa waktu lalu. Berkat resep itu, Si Barista mendapat kenaikan gaji dan kenaikan jabatan sebagai asisten manager.

Selain japanesse cake, cookies dan kopi klepon, ciri khas lain dari Memories Coffee and Eatery adalah tempat itu merupakan latar series romansa yang sedang tayang di platform Youtube. Banyak pelanggan yang datang ke Memories Coffee and Eatery setelah menonton series dan merasa tertarik. Mereka juga puas karena menu yang disajikan di Memories Coffee and Eatery rasanya tidak mengecewakan.

Peningkatan jumlah pelanggan paling banyak terjadi di Jakarta. Selain karena series Memories Coffee and Eatery berlatar di kafe Jakarta, Bagas juga sering nongkrong di sana. Membuat para pengunjung kafe makin senang karena bisa bertemu langsung dengan pemerannya kalau sedang beruntung. Ditambah lagi Dewa, si pemeran series sekaligus pemilik kafe, juga sering muncul dan menyapa beberapa pelanggan yang ngefans padanya.

Sebenarnya Lola juga sering muncul di kafe itu. Untuk menulis, membaca novel, atau sekadar ketemuan dengan Dewa. Namun hampir tak ada pelanggan yang menyapanya. Jangankan menyapa, mengenali pun tidak. Padahal Lola berperan cukup penting dalam series Memories Coffee and Eatery, walaupun tidak muncul dalam series. Memang begitulah terkadang menjadi seorang penulis. Orang-orang mencintai karyanya tanpa mengenal dalang di balik cerita tersebut.

Mereka tiba di kafe Z dan memesan menu andalan kafe itu. Sambil menunggu pesanan, Lola dan Dewa duduk di salah satu sudut kafe dekat jendela. Sebenarnya kafe Z punya outdoor yang estetik. Hanya saja di sana banyak orang yang merokok atau menggunakan vape yang pasti akan mengganggu kenyamanan.

"Eh, Bro! Gue kira lo nggak jadi kesini." Si Pemilik Kafe sekaligus teman Dewa menghampiri meja mereka sambil bersalaman.

Dewa tersenyum. "Nungguin Nyonya pulang kerja dulu kan gue," kata Dewa seraya merangkul Lola.

"Pacar lo?"

"Yoi, namanya Lola," Dewa memperkenalkan Lola pada temannya. "Sayang, kenalin. Ini Reza dan Tara. Mereka teman kuliah aku."

"Reza." Dengan senyum ramah, Reza memperkenalkan diri.

"Tara," perempuan di samping Reza juga ikut memperkenalkan diri, hanya saja dengan jenis senyuman yang berbeda.

"Pacar gue ini penulis loh. Novelnya udah banyak beredar di toko buku. Bahkan series tentang kafe gue dari novel dia," Dewa memamerkan keterampilan Lola dengan bangga.

"Oh ya?" Reza tampak tak percaya. "Waah keren. Udah berapa novel yang terbit, La?"

Lihat selengkapnya