Aku terbangun tepat pukul empat pagi saat alarm di ponselku berbunyi. Aku meregangkan otot-otot tubuhku yang... Kurasakan sakit semua, efek tadi malam aku jatuh tersungkur di bandara. Luka di wajahku pun ikut meradang, entah kenapa menjadi sangat perih bahkan aku merasa lukaku semakin sakit. Padahal tadi malam setelah terkena goresan, tak lama kemudian tak merasakan sakit apapun. Bahkan sepulang dari hotel aku sempat mencuci wajahku karena aku berwudlu untuk menyegerakan sholat isya' pun tak merasakan perih.
Aku beranjak dari tempat tidurku, menatanya lalu, pergi ke kamar mandi dengan sedikit tertatih untuk berwudlu. Aku menunggu adzan shubuh yang sebentar lagi berkumandang sambil membuat kopi panas. Rasanya kalau bukan tugas dan DCT, ingin ku batalkan saja travel ini. Huft, ini sangat menyiksaku, rasanya tidak yakin aku akan bersenang-senang nanti.
Tiba-tiba, ponselku berbunyi, ku lihat nama yang tertera di ponsel, ternyata yang menelpon adalah Nabila. Pasti ia hanya ingin membangunkan ku, takut jika nanti kami terlambat. Pasalnya, kami akan berangkat dari hotel jam 07.00 pagi agar destinasi yang kami pilihkan kemarin bisa kami jajaki semua tanpa terlewatkan sedikitpun.
"Assalamualaikum, Hayya." sapa Nabila di seberang telpon.
"Waalaikumsalam, Nabila."
"Sudah bangun? Kupikir belum. Soalnya kita berangkat pagi."
"Iya, aku mau sholat shubuh, lagi nungguin adzan. Terus mandi, sudah deh berangkat."
"Oke, aku tunggu di kost ya."
"Siap."
Sambungan telpon terputus, tepat saat itu terdengar kumandang adzan dan aku menyegerakan sholat shubuh di kamar.
Kini aku sudah bersiap melakukan aktifitas menuju kost Nabila lalu berlanjut ke hotel untuk menjemput DCT untuk memulai Travel. Kali ini bajuku lebih sederhana, hanya menggunakan Tunik warna hijau muda polos dipadupadankan dengan celana kain warna abu-abu tua dan jilbab polos berwarna abu muda dengan accen bross daun berwarna hijau lumut.
Kami sudah sampai di lobi hotel, dan mesti menunggu beberapa menit sebelum mereka semua turun dari kamar mereka. Begitupun tak tepat waktu karena mundur setengah jam dari jam yang sudah disepakati.
"Hai, Noona? Apa kabar?" sapa JMin padaku. Aku hanya membalasnya dengan senyum.
"Kau belum mengganti plesternya?" katanya lagi, melihat plester yang menempel di pipiku jelas masih basah dan terlihat kotor. Aku lupa menggantinya karena aku terburu saat akan berangkat.
"Oh aku lupa! Sebentar! Aku akan ambil di tasku." seruku sedikit terkejut, aku mengambil plester yang sudah tersedia di tasku, ku buka dan saat aku akan menyerahkan plesternya pada Nabila. Plester itu dengan cepat sudah berada di tangan JMin.
"Biar aku saja!" katanya. Setelah itu ia melepas plester yang masih menempel di pipiku dengan hati-hati.
"Ssh.." aku merasakan sangat perih di lukaku.
"Sudah terlepas, aku akan memasang plesternya dengan yang baru, tahan sebentar!" ucapnya dengan perlahan, lagi-lagi ia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Ah, aku sempat terpaku lagi dengan perlakuannya itu.
"Terima kasih, JMin-ah."
Adegan jantung berdebar dan Sikapku yang tiba-tiba terpaku sudah dapat ku netralkan segera.
"Did you have breakfast?" tanya Nabila tiba-tiba mencairkan suasana yang tentunya hanya aku yang merasa rikuh di sini.
"Belum, tapi ini sudah terlambat dari jam yang kita sepakati. Apa lebih baik kita berangkat saja dulu?" jawab Jen.
"Ah, itu ide bagus! Kami juga masih kenyang karena semalam kami makan malam sudah larut." sahut Sun dengan suaranya yang menggemaskan.
"Oke, kalau begitu. Kita berangkat sekarang!" jawabku riang.